The Secret Garden
Fantasi
Penyembuh Jiwa-Jiwa
Berduka


Di tengah trend film-film waralaba yang ditujukan untuk penonton remaja dan dewasa, konsistensi Heyday Films dalam memproduksi film-film yang ramah untuk penonton anak dan tetap seru dinikmati bersama seluruh anggota keluarga patut diacungi jempol. Setelah kesuksesan Harry Potter dan Paddington, rumah produksi yang dikepalai oleh David Heyman ini mencoba mencari materi-materi ramah anak lainnya. Adalah The Secret Garden yang diangkat dari novel anak karya Frances Hodgson Burnett yang pertama kali dipublikasikan tahun 1911. Sebelumnya The Secret Garden sudah empat kali diadaptasi ke film panjang sejak tahun 1919, beberapa versi serial, mini-seri, serial anime, dan pertunjukan panggung. Versi kali ini dipercayakan adaptasinya ke tangan penulis naskah  Jack Thorne (Wonder, The Aeronauts, Radioactive, dan Enola Holmes), serta sutradara yang lebih sering dikenal di serial Inggris penerima banyak penghargaan bergengsi seperti BAFTA, Marc Munden (The Mark of Cain, The Devil's Whore, The Crimson Petal and the White, dan National Treasure). 

Di divisi pemeran, dipilih Dixie Egerickx (mini seri Patrick Melrose dan The Little Stranger), Edan Hayhurst (Leonardo, A Plague Tale: Innocence), Amir Wilson (The Kid Who Would Be King, The Letter for the King,  dan serial His Dark Materials), didukung aktor senior Colin Firth (seri Bridget Jones's, Kingsman, Mamma Mia!, The King's Speech), serta Julie Walters (Billy Elliot, waralaba Harry Potter, Mamma Mia!, dan Paddington). Dengan jajaran cast dan kru yang tidak main-main, ditambah materi promosi yang menarik, The Secret Garden terlihat begitu menjanjikan. Sayang pandemi COVID-19 membuat penayangan yang awalnya direncanakan April 2020 terpaksa terus mengalami penundaan di banyak negara. Penonton di Indonesia akhirnya bisa menikmati The Secret Garden di layar lebar mulai malam takbiran, 12 Mei 2021. 


Setelah kedua orangtuanya tewas akibat wabah kolera dan kejadian pemisahan India-Pakistan, putri seorang warga Inggris yang ditugaskan di India, Mary Lennox (Dixie Egerickx) dikirimkan kembali ke Inggris untuk tinggal bersama sang paman, Lord Archibald Craven (Colin Firth) di puri Misselthwaite tapi sepi dan banyak area yang terlarang untuk ia masuki. Rasa penasaran membawanya ke berbagai ruangan di dalam puri yang menyingkap rahasia masa lalu keluarganya dan keluarga Craven, juga sebuah taman rahasia yang ternyata menyimpan keajaiban tersendiri. Mary pun bertemu dengan seekor anjing terrier Yorkshire liar yang ia beri nama Jemima, adik sang pengasuh yang ternyata seumuran, Dickon (Amir Wilson), dan Colin Craven yang tak lain dan tak bukan adalah putra tunggal Lord Archibald alias sepupunya sendiri. Colin hanya bisa rebahan karena menderita penyakit yang konon bisa mematikan jika sampai ia keluar dari puri dan beraktivitas sebagaimana anak-anak seumurannya. 

Mary curiga sebenarnya Colin tak benar-benar sakit. Maka ia dan Dickon diam-diam mengajak Colin keluar dari puri dan membawanya ke taman rahasia untuk membuktikan bahwa Colin sebenarnya baik-baik saja, tak sakit sedikit pun. Kenekadan Mary membuat Lord Archibald murka dan berniat mengirim Mary ke sekolah asrama. Maka semakin sempit lah waktu yang dimiliki Mary untuk membuktikan bahwa Colin baik-baik saja sekaligus membuat perubahan dalam puri Misselthwaite milik keluarga Craven.


Naskah yang disusun Jack Thorne sebenarnya tergolong setia terhadap plot utama dari novel Burnett. Hanya ada perubahan pada pertalian keluarga Craven bagi Mary. Jika di versi novel ibu Colin adalah adik dari ayah Mary, maka di versi film ibu Colin dan ibu Mary adalah saudari kandung. Perubahan yang lebih masuk akal untuk menyederhanakan plot sekaligus memper-solid latar belakang cerita antara Mary dan keluarga Craven. Sebuah kejadian di klimaks pun membuat The Secret Garden versi kali ini terasa lebih sinematik ketimbang materi aslinya yang berpotensi menjadikannya kelas FTV.

Sebenarnya tak ada yang salah dengan penceritaan dan segala konsep yang ditawarkan The Secret Garden versi kali ini. Justru modifikasi yang dilakukan membawa cerita asli ke arah yang lebih positif. Hanya saja harus diakui bahwa tema yang diusung oleh The Secret Garden sebenarnya tergolong terlalu gelap dan suram untuk penonton anak-anak. Perlu segmentasi yang lebih spesifik yang benar-benar bisa relate, yaitu mereka yang pernah merasakan kehilangan anggota keluarga, terutama orang tua. Kemasannya yang lebih menonjolkan sisi rebel dan rage dari para karakter  utama sebagai akibat dari kehilangan, bukannya mellow seperti misalnya A Monster's Call, membuat penonton yang tidak relate dengan cerita (baca: belum pernah mengalami kehilangan orang tua atau anggota keluarga yang dikasihi) sulit untuk turut merasakan emosi maupun berempati secara penuh terhadap apa yang dialami oleh karakter-karakternya. Namun harus diakui pula, di layar lebar beberapa momen penting, termasuk yang terpenting di klimaks, emosinya lebih terasa.


Ketiga pemeran karakter anak utama; Dixie Egerickx, Amir Wilson, dan Edan Hayhurst tampil dengan kharisma yang sama-sama kuat sekaligus unik. Modal yang lebih dari cukup untuk menjadikan karakter-karakternya begitu hidup, perkembangan serta koneksi antar karakter yang meyakinkan. Tentu tak perlu mempertanyakan performa Colin Firth dan Julie Walters yang seperti biasa, selalu effortlessly all-out.

Aspek lain yang patut saya apresiasi adalah desain produksi Grant Montgomery yang mampu secara imajinatif dan estetik menerjemahkan fantasi ke dalam tampilan visual yang memikat. Didukung pula sinematografi Lol Crawley yang mampu menangkap semua keindahannya, termasuk desain kostum yang begitu mencolok karya Michele Clapton. Editing Luke Dunkley pun sebenarnya membuat flow film berjalan lancar, terasa compact, tanpa ada yang terburu-buru ataupun terlalu lambat. Semuanya terukur dengan sangat pas dan seimbang. Terakhir, musik ilustrasi gubahan Dario Marianelli turut memperkuat feel fantasi, petualangan, dan dramatis meski tak sampai menjadi sesuatu yang khas.


Sebagai sajian menyambut Hari Raya Lebaran, memutar The Secret Garden mungkin merupakan keputusan yang pas dan bijak. Aman dan punya makna lebih untuk ditonton bersama sekeluarga. Apalagi bagi mereka yang pernah mengalami kehilangan anggota keluarga tersayang, terutama di situasi pandemi yang rentan dan sensitif. Jangan khawatir akan semakin terjerumus ke dalam lembah kesedihan, karena The Secret Garden justru menyembuhkan jiwa-jiwa yang berduka dengan kehangatan, kebersamaan, keajaiban fantasi, dan tentu saja harapan menjalani hidup yang lebih baik.

Lihat data film ini di IMDb.

Diberdayakan oleh Blogger.