The Jose Flash Review
Paddington

Entah disengaja atau tidak, liburan Natal dan tahun baru 2014-2015 kali ini kita di Indonesia disuguhi 2 pilihan film keluarga yang sangat layak ditonton bersama seluruh anggota keluarga. Meski setiap tahun selalu ada pilihan film yang sengaja dirilis saat liburan Natal, tapi tidak setiap tahun ada pilihan yang benar-benar menarik dan bagus. Beruntung tahun ini ada 2 film sekaligus; Night at the Museum: Secret of the Tomb dan Paddington. Uniknya lagi, kedua film ini punya adegan yang settingnya di British Museum of National History. Keduanya punya juga share produser dengan franchise Harry Potter (Chris Columbus, produser NatM3 adalah produser 3 seri pertama HP, sementara David Heyman, produser Paddington adalah produser kesemua seri HP).

Paddington adalah sebuah film petualangan keluarga dengan menggabungkan karakter CGI dengan live action seperti halnya Alvin and the Chipmunk, Garfield, dan Smurfs. Diangkat dari buku dongeng anak-anak yang akhirnya mendunia berkat bonekanya, premise Paddington sebenarnya cukup familiar dengan genre sejenis: seekor beruang langka yang bisa bicara harus mengungsi ke London setelah habitat aslinya di pedalaman Peru terancam rusak. Maka Paddington, nama beruang itu, bertualang mencari keluarga di tengah masyarakat London yang individualis. Ditambah lagi ia harus berhadapan dengan kolektor hewan langka untuk diawetkan. Sederhana, cenderung cliché, tapi digarap dengan berbagai aspek yang luar biasa.

Sebagai film keluarga, Paddington masih tergolong cocok dan aman untuk disaksikan seluruh anggota keluarga, termasuk balita. Lebih dari itu, ia termasuk film keluarga yang sangat hangat dan menyenangkan. Sebagai film petualangan, ia juga menyajikan berbagai adegan petualangan yang seru dan dinamis, tanpa terkesan terlalu chaos seperti yang terjadi pada genre sejenis (terutama buatan Hollywood). Dijamin, Anda akan dibuat jatuh cinta dengan karakter Paddington sejak pertama kali kemunculannya hingga ending. Anda juga akan dibuat tersenyum sepanjang film, menikmati tiap ups and downs adegan, terutama adegan-adegan kekeluargaan yang mengalami pasang-surut dengan flow yang pas dan enak diikuti.

Paddington jelas jadi highlight utama, tentu saja juga tak lepas dari peran Ben Whisaw yang menjadi voice talent-nya. Nicole Kidman pun terasa begitu pas mengisi perannya, villain komikal yang membuat penonton sebal sekaligus tertawa. Sementara Sally Hawkins tampil charming dan easily lovable. Terakhir, Hugh Bonneville yang memerankan karakter Mr. Brown dan punya perkembangan karakter paling terasa, mampu mengisi perannya dengan sangat hidup dan menarik.

Art directing patut mendapatkan kredit tersendiri dalam membangun universe Paddington yang penuh warna, cantik, dan tetap terasa London banget. Elemen-elemen fantasi yang dihadirkan, seperti gedung kantor Geographer’s Guild, pun ditampilkan dengan remarkable. Ditambah lagi dengan camera work yang sangat mendukung panorama-panorama dan kebutuhan cerita serta menghadirkan pengalaman sinematis yang sangat memuaskan. So, sayang jika tidak menyaksikannya di layar lebar.
Elemen lain yang menjadi keunggulan Paddington adalah scoring dari Nick Urata yang mengiringi adegan-adegan dengan sangat pas. Belum lagi live music yang dibawakan oleh D Lime featuring Tabago Crusoe sepanjang adegan yang berhasil semakin mewarnai tiap adegan. Sedikit mengingatkan saya dengan elemen yang sama di There’s Something About Mary.

Dengan berbagai keunggulan yang dimilikinya, saya berani menobatkan Paddington sebagai film petualangan keluarga terbaik dalam beberapa tahun terakhir ini, dan bahkan salah satu yang terbaik sepanjang masa. Hiburan ringan yang sangat menyenangkan bagi penonton anak-anak, sekaligus menyentuh penonton dewasa dengan childhood joy dan family warmth themed-nya. 

Lihat data film ini di IMDb
Diberdayakan oleh Blogger.