4/5
Adventure
Based on Book
Box Office
Comedy
Family
Father-and-Son
Franchise
Magic
Mythology
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Night at the Museum: Secret of the Tomb
Sejak lama Chris Columbus dikenal
sebagai produser sekaligus sesekali sutradara film-film bertemakan keluarga.
Franchise fenomenal Home Alone, Percy Jackson, bahkan tiga seri pertama Harry Potter lahir dari tangan
dinginnya. Salah satu yang paling berpengaruh adalah franchise Night at the Museum (NatM) yang dimulai
liburan Natal 2006. Tak hanya berhasil mengumpulkan dollar hingga mencetak box
office di mana-mana, pengunjung museum di lokasi aslinya, Museum of Natural
History meningkat cukup signifikan pasca perilisannya. Impact yang masih jarang
terjadi di ranah perfilman sampai sekarang sekalipun. Maka sekuelnya yang punya sub-title Battle of the Smithsonian di tahun 2009
pun juga mendulang sukses meski tak sebesar seri pertamanya. Di tahun 2014, tim
yang sama mencoba untuk membuat seri ketiganya, dan digadang-gadang sebagai
penutup franchise (setidaknya seri dengan karakter Larry sebagai karakter utamanya).
NatM sebenarnya masih menggunakan
formula yang sama hingga seri ini. Pola pengembangannya pun juga sama;
pemindahan lokasi setting cerita dan penambahan karakter-karakter penghuni
museum yang dihidupkan. Namun seri ini rupanya secara kebetulan dan juga secara
konseptual yang disengaja, menawarkan lebih banyak ketimbang dua seri
sebelumnya.
Jika di seri kedua menampilkan Smithsonian
Institution sebagai lokasi tambahan, maka kali ini British Museum of Natural
History dipilih untuk memperkaya adegan. Makin banyak lokasi, maka makin banyak
karakter baru yang dihidupkan secara magis. Tidak tanggung-tanggung, di seri
ini dipilih lebih banyak aktor-aktris populer untuk meramaikan. Mulai Sir Ben
Kingsley, Dan Stevens, hingga Rebel Wilson yang penampilannya selalu menarik
perhatian penonton. Bahkan sebagai cameo dipilih aktor yang pasti mengejutkan
penonton yang belum mengetahui keterlibatannya di sini (clue: inisial HJ). In
short: Secret of the Tomb (SotT) otomatis menjadi lebih menarik dan meriah
berkat pemilihan cast tambahan yang tepat.
Faktor lain yang turut membuat
SotT terasa berbeda dengan seri-seri sebelumnya adalah keterikatan emosi yang
lebih kuat dengan penonton. Penampilan terakhir Robin Williams dan Mickey
Rooney jelas membawa keuntungan tersendiri bagi film. Tidak sedikit penonton
yang rela menyaksikan seri ini hanya untuk menyaksikan keduanya di layar untuk
terakhir kalinya. Tapi bukan berarti tidak ada usaha lain yang
membuat SotT terasa lebih kuat secara emosi. Tim penulis naskah dan sutradara
Shawn Levy berhasil menampilkan adegan-adegan perpisahan di menjelang akhir
film yang sangat menyentuh, tanpa harus habis-habisan menguras air mata, malahan tetap membubuhkan senyum di dalamnya. Franchise (utama) NatM pun
berhasil ditutup dengan manis, masih dengan daya magis yang sama, dan tingkat
keseruan petualangan yang setara.
Ada beberapa bagian yang awalnya
terasa tidak begitu penting, seperti misalnya saat Jedediah dan Octavius
terpisah dan bertualang sendiri. Namun skrip berhasil menyatukan sub-plot ini
ke plot utama dengan mulus dan menarik. Special effect yang digunakan sepanjang
film pun terasa cukup banyak berkembang. Yang paling membuat saya tercengang
adalah tampilan constellation di awal film yang sangat indah.
SotT memang disebut-sebut sebagai
pamungkas franchise NatM. Tapi melihat endingnya, bukan tidak mungkin ke depan
muncul spin-off-nya. Mengingat di sini jelas-jelas Rebel Wilson bisa meneruskan
tongkat estafet cerita dari Ben Stiller. Jika benar, jelas franchise NatM masih
potensial untuk dikembangkan dan justru menjadi semakin menarik. Meski harus
saya akui, agak mengganggu juga jika harus mendengarkan aksen British Rebel
Wilson seperti di sini untuk porsi yang jauh lebih banyak.
Lihat data film ini di IMDb.