4/5
Action
Adventure
Based on Book
Blockbuster
Box Office
Bromance
Drama
Franchise
Hollywood
Pop-Corn Movie
Psychological
quotebanner
Reboot
Romance
Superheroes
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Amazing Spider-Man 2
Overview
The Amazing Spider-Man (TAS) harus diakui memang punya konsep yang
berbeda dengan Spider-Man (SM) versi
Sam Raimi-Tobey Maguire. Masing-masing punya fans sendiri, dan saya memilih
untuk lebih menyukai SM versi Raimi-Maguire dengan berbagai alasan. Meski punya
pendekatan yang juga menarik dan belum tereksplor di versi Raimi, menurut saya
TAS masih belum mampu menjadi karya yang iconic. Tapi bukan berarti tertutup
kemungkinan untuk tampil lebih baik di seri-seri berikutnya. Hal tersebut yang
berhasil dengan gemilang dibuktikan di The
Amazing Spider-Man 2 (TAS2).
Dari segi naskah, TAS2 jelas
terasa punya materi yang lebih menarik dan juga tersusun dengan rapi, termasuk
momen-momen penting yang potensial menjadi adegan-adegan iconic. Dimulai dengan
penokohan, jika beberapa tahun terakhir sosok villain lebih banyak di-ekspose
untuk menjadi jalinan cerita yang menarik, TAS2 justru mengembalikan fokus
cerita ke sosok jagoan kita, Spider-Man alias Peter Parker yang adalah seorang
remaja SMA biasa dengan segala kelemahan-kelemahan manusiawinya. Jadi jangan
protes jika porsi kisah si villain utama, Electro, tidak begitu banyak. Namun
bukan berarti karakternya tidak jelas atau asal ada. Di awal-awal, penokohan
Max (alias Electro) sudah cukup jelas dan menarik tanpa perlu dikembangkan
terlalu banyak sehingga durasi bisa digunakan untuk fokus cerita lainnya.
Porsi cerita terbesar adalah
hubungan antara Peter Parker-Gwen Stacy yang harus saya puja-puji sebagai salah
satu naskah romantis terbaik yang pernah ada di film. Favorit saya adalah
ketika Peter dan Gwen saling melemparkan pujian dengan wujud aturan larangan.
Manis, cerdas, dan jauh dari kesan picisan. Hingga klimaks hubungan mereka di
hampir penghujung film, hubungan kedua karakter ini terasa begitu kuat dan meyakinkan,
melebihi kekuatan hubungan antara Peter-Mary Jane di versi Raimi.
Porsi terbesar kedua adalah
hubungan antara Peter Parker-Harry Osborn yang masih mengingatkan saya dengan
versi Raimi, meski dengan style dan aura hubungan yang berbeda. Kesemuanya
masih ditulis dengan baik hingga titik balik karakter Harry yang menjadi
villain lebih penting ketimbang Electro. Kedua porsi besar tersebut, ditambah
konflik-konflik personal menjadikan perkembangan karakter Peter Parker hingga
penghujung film terasa solid dan masuk akal.
So I have to admit, TAS2 menjelma
menjadi sekuel yang jauh lebih baik daripada pendahulunya, bahkan melebihi
pencapaian SM versi Raimi manapun. Durasi yang nyaris dua setengah jam menjadi
tak begitu terasa berkat tata adegan yang menarik antara drama dan
adegan-adegan aksi spektakuler.
Jangan lupa siapkan aplikasi
Shazam di smartphone Anda dan nyalakan ketika theme song It’s on Again milik Alicia Keys dan Kendrick Lemar berkumandang di
credit title untuk menikmati feature tambahan The Sinister Six.
The Casts
Saya berani mengatakan semua
aktor pendukung di TAS2 tampil maksimal dengan porsi masing-masing yang pas.
Andrew Garfield dan Emma Stone tampil semakin hidup dan menyatu dengan karakter
masing-masing, sejalan dengan chemistry antara keduanya yang semakin kuat
berkat cinlok di kehidupan asli mereka.
Jamie Foxx berhasil membawakan
karakter Max/Electro yang socially outcast dengan kepribadian narsistik dengan
baik, bahkan ketika setelah berubah menjadi Electro berkulit biru. Dane DeHaan pun
mampu membawakan peran Harry Osborn yang berbedan dengan versi James Franco.
Masih mengingatkan saya akan perannya di Chronicle,
tetapi cukup mampu memberi warna baru bagi karakter Harry Osborn.
Sally Field masih memberikan
performa yang sama baiknya sebagai Aunt May seperti di seri sebelumnya.
Terakhir, kejutan datang dari Paul Giamatti yang jauh berbeda dengan
peran-peran yang dilakoninya sebelumnya. Saya masih mengharapkan porsi peran
Aleksei Sytsevich alias Rhino yang cukup banyak di seri berikutnya.
Technical
TAS2 memang masih menghadirkan
visual effect yang tidak begitu realistis seperti pendahulunya, terutama untuk
tampilan adegan-adegan swinging through buildings. Tetapi masih bisa
ditoleransi berkat sinematografi yang berhasil merekam semua adegan aksi dengan
cantik dan membawa penonton seolah ikut berayun keliling pencakar langit New
York dan bertarung melawan para villain bersama Spider-Man. Tata kamera juga
merekam kemegahan New York, terutama gedung Oscorp, serta adegan-adegan
dramatis antara Peter-Gwen.
Tata suara menghadirkan efek-efek
suara yang menggelegar dan memanfaatkan efek surround dengan maksimal. Score
yang kali ini ditangani Hans Zimmer dan tim yang sengaja dibentuk demi
menghidupkan adegan demi adegan TAS, The Magnificent Six, serta Pharrell
Williams, memberikan warna baru. Tak hanya menghadirkan kemegahan score asli,
tetapi juga perpaduan dengan berbagai genre musik, seperti hip-hop, techno yang
memberikan berbagai kesan, mulai evil, dark, dan chaotic, hingga alternative
yang menghidupkan suasana galau maupun manis. Sungguh merupakan eksplorasi
musik pengiring yang penuh warna dan pastinya, berhasil menyatu dengan
adegan-adegan film secara maksimal.
The Essence
Hal baik dan buruk akan selalu
terjadi dalam hidup secara bergantian. Yang terpenting adalah terus memiliki
dan memberikan harapan. Begitulah kurang lebih isi pidato dari Gwen Stacy yang
menjadi highlight TAS2.
They who will enjoy this the most
- Fans of Spider-Man and general superhero genre
- Audience who loves romantic moments
- General audiences who seek for an exciting entertainment