The Jose Movie Review
Warm Bodies


Overview

Summit, based on a novel material, bizarre teenage romance… Siapapun yang mendengar atau membaca premisenya bisa dengan mudah menebak seperti apa Warm Bodies (WB) ini. Wajar jika Summit merasa perlu untuk memiliki franchise besar lainnya sebagai mesin uang setelah Twilight (so-called) Saga berakhir. So dipilihlah premise yang serupa berdasarkan novel karya Isaac Marion. Jujur, tanpa unsur zombie dan posternya yang menurut saya keren itu, mungkin saya akan melewatkan WB begitu saja. Apalagi ada nama Jonathan Levine (yang pernah sukses membesut Joseph Gordon Levitt lewat 50/50) di bangku sutradara. Well, bukan jaminan juga sih secara semua seri Twilight juga ditangani sutradara-sutradara kondang.

Ternyata pesimistis saya tak terbukti sama sekali. WB mampu hadir sebagai tontonan hiburan yang jauh lebih menarik ketimbang Twilight, terutama berkat skrip yang terasa dikerjakan dengan sangat baik dan efektif. Kisah cinta yang berkembang wajar, tidak berlebihan, namun justru terasa sangat manis, tergelar sepanjang durasi yang pas. Sebagai nilai plus, guyonan berupa dialog-dialog yang juga cerdas turut tersebar merata di berbagai bagian. In short, WB berhasil mem-blend kisah percintaan klasik ala Romeo & Juliet (nama karakternya saja R dan Julie) dan zombie dengan sangat baik dan menarik.

Sebagai sutradara, Levine mengarahkan tiap adegan sesuai dengan porsinya, baik sebagai drama romantis maupun action-horror. Memuaskan bagi (terutama) pasangan remaja. Si cowok puas dengan unsur  zombienya, sementara si cewek dari segi romansa. Everybody’s happy.

The Casts

Jika tahun lalu adalah tahunnya JGL, maka tahun ini bisa dibilang tahunnya Nicholas Hoult yang sebelumnya kita kenal sebagai Marcus Brewer di About a Boy dan Hank McCoy di X-Men: First Class. Di saat yang sangat berdekatan ia muncul di Warm Bodies dan Jack the Giant Slayer. Di sini ia sangat baik dalam menghidupkan karakter zombie remaja berinisial R. Ia berhasil memadukan kekakuan ala zombie dengan kewajaran manusiawi remaja pria dalam bertingkah laku terutama ketika sedang jatuh cinta. Bahkan aktingnya di sini jauh lebih luwes ketimbang Robert Pattinson yang mana seharusnya sosok vampire berperilaku jauh lebih mendekati manusia ketimbang zombie yang sebenarnya sudah tidak memiliki otak yang berfungsi.Well, Hoult has done it very well, believable as both a zombie and a human-being.

Teresa Palmer yang pada angle tertentu mirip Kristen Stewart juga mampu mengimbangi akting Hoult. Tidak memerankan karakter yang benar-benar  unik namun setidaknya ia menghidupkan karakter Julie dengan sangat wajar. Jauh berbeda dengan…. Ah sudahlah, bosan juga  membanding-bandingkan WB dengan franchise itu.

Di lini pemeran pendukung, tidak ada yang tampil mengecewakan, terutama aktor kawakan John Malkovich (Grigio, ayah Julie), Rob Corddry (M), Dave Franco (Perry) yang mulai angkat nama terlepas dari bayang-bayang kepopuleran sang kakak, dan tentu saja si seksi eksotis Analeigh Tipton (Nora) yang entah kenapa sedikit mengingatkan saya akan Denise Richards ketika masih muda.

Technical

Kekuatan teknis yang paling saya rasakan sepanjang film adalah editing yang termasuk gokil dan pemilihan soundtrack yang berkelas. Sekali lagi Levine menunjukkan selera musik yang sangat baik untuk mengiringi adegan-adegan manis filmnya. Bahkan penonton yang tidak lagi remaja akan tersenyum mendengar Missing You-nya John Waite, Hungry Heart-nya Bruce Springsteen, atau Shelter from the Storm-nya Bob Dylan mulai mengalun. Untuk penonton mudanya ada nama Feist yang menyumbangkan The Bad in Each Other, Bon Iver dengan Hinnom TX, dan The Black Keys dengan Lonely Boy.

Tak ada kendala berarti di sound fx yang mampu terdengar renyah namun jernih terutama ketika adegan-adegan yang ditujukan untuk mengageti penonton.

Visual fx dan make-up yang “menghidupkan” karakter-karakter zombie di sini memang tak begitu “sadis” mengingat target audience remaja, tetapi sudah lebih dari cukup untuk mengesankan “ketidak-hidupan”-nya. Sedikit komentar, Hoult menjadi mirip Depp di Dark Shadows.

The Essence

Love lives up the dead…. Ouch! 

They who will enjoy this the most

  •  Zombie geeks
  • Teenage romance lovers
  • General (especially teenage) audiences
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.