3.5/5
Based on a Play
Comedy
Dance
Drama
Musical
Romance
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Rock of Ages
Overview
Tayangan
musikal selalu menarik perhatian saya, bahkan film-film musikal dari era Sound
of Music, West Side Story, dan Singin' in the Rain. Sayang sekali
pertunjukan musikal tidak populer di Indonesia, jadi adaptasi ke film layar
lebar menjadi satu-satunya pemuas kenikmatan buat saya. Itu pun tak banyak film
musikal yang diimpor ke bioskop Indonesia karena, lagi-lagi, genre ini
peminatnya sangat sedikit. Tak jarang pula saya mendengar cibiran, “Film koq
isinya nyanyi-nyanyi. Nggak masuk akal.” Iya deh, saya (lagi-lagi) mengalah
kepada kaum mayoritas yang berpikiran sempit kalau film harus dibuat
serealistis mungkin, meski orang yang sama ternyata doyan film-film sci-fi dan
fantasi.
Adam Shankman
tidak menyajikan sesuatu yang baru lewat Rock of Ages (RoA). Premise
cerita tentang kenekadan pemuda-pemudi ke Hollywood untuk menggapai mimpi
menjadi artis sudah beratus-ratus kali diangkat, lengkap dengan dunia hiburan
malam yang seolah-olah harus dilalui oleh siapa saja yang hendak memulai karir
di Hollywood, dan alurnya yang sangat cliché. Pun di antara film-film dengan
premise serupa, RoA bukan juga yang terbaik dari segi naskah. Dengan durasi dua
jam lebih, tentu awalnya membuat kening saya sedikit berkerut. Ngapain aja tuh
cerita begitu saja panjangnya dua jam lebih?
Nyatanya RoA
bisa mengisi dua jam lebih tersebut dengan lagu-lagu yang sangat fun dan
beberapa humor yang menggelitik sehingga sepanjang film terasa sangat menghibur
dan saya melupakan segala alur cliche-nya. Jajaran cast-cast terkenal yang
turut menyumbang peran (dan juga suara) semakin
menambah semarak RoA. Lagu-lagu rock yang mendukung bukanlah jenis rock
metal melainkan rock populer dan glam-rock yang sempat naik daun di era 80'an,
sesuai dengan setting film, seperti Foreigner, Def Leppard, Pat Benatar, Bon
Jovi, Twisted Sister, Starship, Scorpions, dan Journey. Hal menarik lain yang turut
diselipkan dalam skrip adalah transisi trend musik rock ke boyband yang cukup
berhasil menjadi bahan tertawaan. Sebuah issue yang tampaknya sedang relevan
pada dunia musik saat ini.
Finally, RoA
memang tidak menawarkan hal yang baru atau kedalaman cerita maupun karakter.
Saya juga tidak akan memasukkan judul ini jika saya harus menyebut lima judul
film musikal terbaik sepanjang masa. Tetapi saya harus mengakui, I had a lot of
fun watching this. Malahan saya tidak bisa berhenti re-watch RoA selama
semingguan ini untuk sekedar mendengarkan performance-performance asyik maupun
menikmati medley-medley serunya. So for entertainment's sake, it's a must-see
for musical lovers. ROCK ON!!! \m/
The Casts
What I find
amazing from musical movies adalah aktor-aktris kesayangan kita yang belum
pernah memamerkan suara sebelumnya ternyata punya suara yang bagus juga dalam
berdendang. Siapa yang sangka Nicole Kidman atau Catherine Zeta Jones ternyata
bisa nyanyi? Di Rock of Ages (RoA) ini giliran Tom Cruise yang
membuktikan diri bisa nge-rock dengan suaranya sendiri. Well, Tom Cruise bisa
jadi hanya dijadikan materi “jualan” utama RoA karena karakternya sendiri
bukanlah karakter utama. Tapi ia benar-benar serius nge-rock di sini dan
suaranya ternyata (sekilas) tidak kalah dengan Axl Guns N’ Roses. Bertambah
satu lagi daftar peran “berbeda” yang dilakoni dalam filmografi Tom Cruise.
Sementara dua
sejoli pemeran utamanya, Diego Boneta (serial 90210 dan Pretty Little Liars)
dan Julianne Hough, cukup baik memainkan peran masing-masing dan dengan
chemistry yang cukup meyakinkan meski ketika baru berkenalan terasa seperti
sudah lama nge-date. Diego punya karakter vokal yang sangat cocok dengan peran
rocker, sementara Hough angin-anginan. Di beberapa nomor terdengar bagus, namun
agak mengganggu ketika membawakan beberapa nomor lainnya. Selain dari itu,
kemampuan menarinya ketika adegan Rock
You Like A Hurricane patut diapresiasi lebih. Tak heran, ia sebelumnya
pernah mengisi peran serupa di remake Footloose
dan Burlesque.
Catherine Zeta
Jones tak perlu dikomentari lagi penampilannya karena sudah pernah bermain
gemilang di film musikal Chicago. Penampilannya
membawakan Hit Me with Your Best Shot
cukup mengejutkan dan sangat menghibur.
Pasangan unik
Alec Baldwin dan Russel Brand memberikan warna tersendiri dalam film. Siapa
yang sangka Alec ternyata bisa menyanyi?
Kejutan
lainnya tentu saja Malin Akerman yang (juga) ternyata bersuara bagus dan mampu
membawakan I Wanna Know What Love Is
bersama Tom Cruise dengan begitu merdunya.
Terakhir, Mary
J. Blige yang memang seorang biduan, tampil tak begitu menonjol karena porsi perannya
yang memang tak banyak. Begitu pula aktor berkelas Oscar, Paul Giamatti yang tampil
biasa saja.
Technical
Sebagai sebuah
film musikal, RoA memiliki tata artistik, kamera, serta suara yang menarik
sehingga mampu menangkap semangat rock n roll dengan kuat. Lihat saja set The
Bourbon Room yang hidup dan meriah atau panggung stripper Justice yang energik.
The Essence
RoA menyorot
beberapa hal tentang dunia gemerlap rocker pada khususnya dan artis pada
umumnya. Ada satu quote menarik yang saya angkat dan patut di-highlight bagi
siapa saja yang berniat masuk atau memiliki hubungan dengan pelaku dunia entertainment.
Namun secara garis besar, RoA menyorot ironi dari kehidupan rockstar (atau juga
selebriti lainnya) yang harus membayar popularitasnya dengan brokenheart dan hidup
kesepian tanpa makna, seperti yang dialami karakter Stacee Jaxx. So are you
ready to (be a) rock (star)?
They who will enjoy this the most
- Rock music fan (especially from the 80’s, the glory years of rock music)
- Musical fan
- General audiences who can accept musical film concept
