3/5
Action
Adventure
Animation
Blockbuster
Box Office
Family
Franchise
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review - Kungfu Panda 2

Sejak memutuskan untuk tidak melanjutkan franchise Shrek, DreamWorks mencari franchise lainnya untuk dijadikan tambang emas mereka. Salah satunya yang paling berpotensi adalah Kungfu Panda yang seri pertamanya meraup sukses luar biasa dan membuat banyak orang jatuh cinta dengan karakter Po. Tak heran lantas DreamWorks merilis seri keduanya tiga tahun kemudian. Saya sendiri sih cukup menikmati seri pertamanya dan termasuk yang menunggu-nunggu installmetnt berikutnya, sebagaimana saya juga menikmati animasi-animasi DreamWorks lainnya.
Seperti biasa, setiap installment selalu dimunculkan karakter baru sehingga tampilan film lebih fresh, selain tentu saja jalan cerita yang tak kalah menariknya. Di sini jelas ada karakter antagonis baru, Shen si merak yang disuarakan oleh spesialis peran antagonis, Gary Oldman, mengingat karakter antagonis dari seri sebelumnya, Tai Lung, diceritakan telah tewas. Selain itu ada pula Soothsayer (disuarakan Michelle Yeoh) sang peramal, Master Ox, Master Crocs, dan Master Rhino.
Secara keseluruhan, Kungfu Panda 2 memberikan lebih banyak hal untuk ditertawai, kebanyakan sih berupa humor-humor slapstick. Lebih banyak aksi pula, bahkan lebih dari ¾ film berisi adegan pertarungan. Sisanya, unfortunately to say, nothing. Oke memang ada moral of the story, “it's what you want to be in the future, not what you were in the past”, tapi sayangnya esensi itu hanya sampai pada dialog saja, tidak terlalu terimplementasi pada film keseluruhan. Kesannya seperti, “Ok, I've got this main idea, please develop it into a whole story”, tapi penulis cerita kebingungan mau dikembangkan ke mana. Maka yang mereka lakukan adalah memasukkan adegan-adegan aksi dan komedik sepanjang film, sementara esensi utama tersebut hanya mereka selipkan di satu baris dialog saja. Intinya, penggarapan skenarionya terkesan seperti diselesaikan dengan tergesa-gesa. Cukup disayangkan sih. Gara-gara hal ini, pencapaian cerita dan esensi menjadi tidak semenarik yang pertama. Tentu saja hal ini tidak akan menjadi masalah bagi penonton yang hanya berorientasi pada hiburan semata. It's just like watching Mr. Bean's comedic act, with martial arts, nothing else.
Kelemahan script ini pula lah yang turut mempengaruhi perkembangan karakter-karakternya. Sepanjang film hanya Po dan Tigress saja lah yang menonjol sepanjang film, sementara karakter-karakter protagonis lainnya terkesan hanya pendukung (atau lebih tepatnya “tempelan”) saja. Ketidak seriusan penggarapan juga terlihat pada credit title yang biasanya dibuat atraktif, di sini hanya tulisan kredit dan siluet-siluet khas China biasa.
Untung saja selain aksi dan komediknya, Kungfu Panda 2 juga diselamatkan efek 3D nya yang sangat memuaskan. Tidak hanya detail gambar set yang mengagumkan, tetapi juga mampu berinteraksi dengan penonton, seperti anak-anak panah yang terkesan mengarah ke penonton. Efek 3D yang tidak banyak ditawarkan akhir-akhir ini. Durasi yang relatif pendek juga menjadi penyelamat film ini sehingga tidak terjerumus menjadi membosankan, seperti yang terjadi pada Transformers 3.
Overall, sebagai hiburan sejenak Kungfu Panda 2 boleh lah menjadi tontonan yang menghibur, tapi tidak akan memorable dalam jangka panjang seperti seri pertamanya.
Lihat data film ini di IMDB