The Jose Flash Review
The Commuter

Meski sempat buka suara yang menimbulkan spekulasi akan rencana pensiun dari film aksi, Liam Neeson tampaknya masih bersemangat untuk beraksi di layar lebar. Di usianya yang sudah menjelang 66 tahun, kiprah action hero-nya tergolong terlambat, yaitu sejak film aksi ikonik, Taken (2008) setelah puluhan tahun lebih memilih sebagai aktor watak. Namun Neeson agaknya tidak mau membuang-buang masa keemasan sebagai action hero. Berturut-turut ada The A-Team, Unknown, The Grey, Non-Stop, A Walk Among the Tombstones, Run All Night, serta dua sekuel Taken. Di awal 2018 ini pun ia menggebrak lagi lewat The Commuter yang menandai kolaborasi keempatnya bersama sutradara Jaume Collet-Serra setelah Unknown, Non-Stop, dan Run All Night. Naskahnya disusun bersama Byron Willinger, Philip de Blasi, dan Ryan Engle (Non-Stop dan upcoming, Rampage), Liam Neeson didampingi oleh Vera Farmiga (The Conjuring), Patrick Wilson (Insidious dan The Conjuring), serta Sam Neill (Jurassic Park). Dari trailer dan materi-materi promosinya, The Commuter yang sudah didevelop sejak tahun 2010 ini menjanjikan aksi-aksi seru khas Neeson dengan bumbu thriller misteri yang bikin penasaran.
Michael MacCauley yang sudah puluhan tahun mengabdi sebagai agen asuransi tiba-tiba dipecat begitu saja. Ketika perjalanan pulang menggunakan kereta komuter sebagaimana ia gunakan selama puluhan tahun, ia diamati dan akhirnya disapa oleh seorang wanita misterius bernama Joanna. Ia mengaku sebagai pengamat perilaku manusia dan menawarkan uang  tunai sebesar US$ 100.000 jika setuju untuk mengikuti ‘permainan’ yang telah ia siapkan. Michael harus menemukan seorang penumpang yang diduga membawa barang terlarang sebelum tiba di stasiun  terakhir, Cold Spring. Awalnya tak percaya, tapi kemudian Michael penasaran setelah menemukan uang muka yang dijanjikan. Pencarian pun dimulai. Namun ternyata Michael justru terjebak dalam serangkaian kasus pembunuhan di dalam kereta komuter yang bisa dituduhkan kepadanya, ditambah keluarganya yang ternyata menjadi sandera. Dengan bantuan temannya di kepolisian, Murphy, Michael terus berupaya menemukan sosok yang dicari-cari sekaligus mengungkap kebenaran di balik semua ini. Keselamatan para penumpang serangkaian kereta api komuter pun turut terancam oleh aksinya.
Sebagaimana dijanjikan di berbagai materi promosinya, The Commuter memang menyajikan aksi pemompa adrenalin yang berjalan beriringan dengan bumbu thriller misteri yang bikin penasaran akan rahasia apa di balik kasus aneh yang menimpa Michael. Begitu pula pertanyaan tentang pihak mana sosok protagonis maupun antagonis yang secara konstan ditarik-ulur hingga klimaks. Hint memang ditebar di sepanjang durasi, tapi karena saking banyaknya sulit untuk membuat penonton mengingat setiap hint yang ada dan merangkainya menjadi satu konklusi. Dengan kedinamisan laju plot dan adegan, penonton seolah tak diberi waktu untuk menganalisis kesemuanya satu per satu. Di satu sisi, kemasan seperti ini memihak penonton yang mudah bosan dan mengantuk. Harus diakui di beberapa kesempatan sampai juga pada titik-titik jenuh tapi segera pace lajunya ‘diangkat’ lagi sehingga menolong secara keseluruhan film. Terasa sekali arahan Collet-Serra berupaya keras menjaga pace di balik naskah yang tergolong rumit dan berpotensi melelahkan. Ada adegan aksi ‘spektakuler’ yang memang terkesan kelewat over-the-top untuk konsep action-thriller sebagai menu utamanya, tapi kehadirannya cukup membelalakkan mata dan bikin melongo (baca: memukau). Tentu kolaborasi camera-work Paul Cameron yang memanfaatkan ruang sempit menjadi latar aksi yang seru dan editing Nicolas de Toth, ditambah music score dari Roque Baños yang secara maksimal memompa adrenalin penonton, mendukung The Commuter sebagai sajian aksi yang seru untuk diikuti.
Liam Neeson masih ‘menggigit’ sebagai aktor action-hero. Memang tak ada kedalaman ataupun emosi lebih dari dimensi karakter Michael yang dipercayakan kepadanya, tapi setidaknya ekspektasi terbesar penonton terhadap sosok Neeson sebagai action-hero sudah cukup memuaskan. Sayang kharisma aksi tunggal Neeson tidak memberikan ruang lebih bagi aktor-aktris pendukung lainnya seperti Patrick Wilson, Jonathan Banks, Sam Neill, Killian Scott, maupu Kobna Holdbrook-Smith untuk sekedar menarik perhatian penonton. Mungkin hanya penampilan singkat berkesan dari Vera Farmiga yang memang punya kharisma kuat dalam menghidupkan peran Joanna yang misterius.
Bagi penonton yang mengharapkan aksi seru dari Liam Neeson sebagaimana di film-film yang memposisikannya sebagai action-hero, The Commuter agaknya cukup memenuhi ekspektasi. Sedikit lebih menarik berkat bumbu thriller misterinya yang cukup bikin penasaran meski ternyata masih tergolong generik. Mungkin akan mudah terlupakan tapi sekedar sebagai sajian hiburan instan, ia bekerja cukup maksimal.
Lihat data film ini di IMDb.



Diberdayakan oleh Blogger.