2.5/5
Comedy
Drama
Family
Indonesia
Pop-Corn Movie
Romance
Socio-cultural
Teen
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Abdullah & Takeshi
Trend komika yang dipercaya
menjadi daya tarik sebuah film belum berhenti. Malah kini perlahan merambah
bangku sutradara. Setelah Raditya Dika dan Ernest Prakasa, kali ini giliran
Kemal Palevi yang diberi kerpecayaan oleh Multivision Plus Pictures untuk mengarahkan
sekaligus menulis naskah serta bermain sebagai sala hsatu lead actor di film
komedi untuk pertama kalinya, Abdullah
& Takeshi (A&T). Meski punya premise ala sinetron Putri yang Tertukar, tapi A&T punya
latar belakang cerita yang lebih bold dan menarik untuk diangkat.
Ketika ospek, Takeshi dan
Abdullah bersaing mendapatkan perhatian dari Indah. Tak saling menyadari ada
yang aneh dengan diri mereka, justru Indah yang mempertanyakan fisik Takeshi
dan Abdullah. Takeshi yang dibesarkan oleh orang tua Jepang, terlihat seperti
orang Arab. Sebaliknya, Abdullah yang dibesarkan oleh orang tua Arab sama
sekali tidak ada ciri-ciri fisik khas Arab. Setelah melakukan penyelidikan,
Indah mendapat fakta bahwa Abdullah dan Takeshi tertukar di rumah sakit ketika masih
baru lahir. Untuk lebih meyakinkan lagi, mereka bertiga memutuskan untuk
berangkat ke Jepang demi mengkonfirmasi ke rumah sakit tempat keduanya lahir.
Satu hal yang paling membuat saya
semangat untuk nonton A&T adalah ia punya bekal materi yang menarik untuk
digali, baik sebagai materi cerita maupun bahan guyonan: perbedaan budaya
Jepang dan Arab. Well, A&T memang bisa dibilang cukup memanfaatkan daya
tarik itu lewat beberapa guyonannya dan cukup berhasil menggelitik saraf tawa
saya pula. Sayangnya, yang porsinya lebih banyak justru guyonan-guyonan khas
Kemal dan Lolox sebagai komika yang tidak berkorelasi dengan situasi dan, sorry
to say, most of the time, I don’t understand what’s funny about it. Selain dari
itu, ada pula joke sindiran sosial yang cukup bikin saya tersenyum, meski tak
semuanya berhasil mengena. Materi cerita pun tak berhasil dikembangkan lebih
dalam atau menjadi lebih menarik. What’s written in the synopsis was all you
got from the whole movie. Padahal sebenarnya ada cukup banyak kemungkinan arah
plot yang potensial. Misalnya tentang hubungan Indah dengan keduanya. Alhasil,
A&T terasa seperti komedi menarik yang masih mentah. Just like that.
Kemal dan Dion Wiyoko cukup
menarik dan convincing memerankan karakter cross-over meski dalam konteks
komedi. Pendatang baru, Nasya Marcella sebagai Indah berhasil mencuri perhatian
saya. Tak hanya faktor fisiknya yang memang mempesona, tapi juga keluwesannya
membawakan karakter Indah. Tak istimewa, tapi berhasil dihidupkan dengan pesona
yang lebih dari cukup olehnya. Lolox tampil seperti kebanyakan komika yang
tampil sebagai cameo di film, Ayumi Harada-Hiromitsu Harada sebagai orang tua
Takeshi cukup mampu memberikan keseimbangan antara menggelitik sekaligus hangat
sebagai keluarga. Begitu juga Mike Lucock dan Natali Sarah sebagai orang tua
Abdullah yang lebih populer sehingga mampu menjadi sumber komedi yang lebih terasa
berhasil.
Tidak ada yang istimewa di
teknis, mulai sinematografi Dimas Imam Subhono yang masih tergolong mampu
bercerita dengan baik, editing Cesa David Luckmansyah yang mampu menjaga pace
dan energi sebagai sebuah komedi di balik arah cerita yang ‘begitu saja’.
Dengan naskah yang lebih solid
dan renyah, saya sebenarnya bisa melihat cukup banyak potensi di A&T untuk
menjadi karya komedi yang cerdas, menyentil, sekaligus sangat menghibur.
Sayangnya hasil akhir A&T terasa masih mediocre, biasa-biasa saja. Gagal
menjadi sebuah komedi yang remarkable, setidaknya A&T masih boleh lah dijadikan
tontonan ringan di saat butuh tertawa lepas atau sekedar senyum-senyum.