3.5/5
3D
Action
Adventure
Based on TV show
Blockbuster
Box Office
Disaster
Fantasy
Franchise
Hollywood
Pop-Corn Movie
Robot
SciFi
Summer Movie
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Transformers: Age of Extinction
Overview
Transformers again. Terakhir, Michael Bay sudah menyatakan tidak tertarik
untuk menggarap lagi seri franchise termegah dan terbesar itu. Saya sempat
sedikit bernafas lega karena tidak akan melihat robot-robot ini berkeliaran
lagi, setidaknya selama beberapa tahun ke depan, sebelum Paramount-Hasbro
merasa perlu untuk me-reboot franchise akbar ini dengan tangan komando lain. Well
money talks, and here we are… Michael Bay has swallowed his own saliva and
returned with the fourth installment yang konon katanya sebuah permulaan yang
baru bagi franchise ini. Melihat
karakter yang memang benar-benar dirombak, hal ini sempat membuat rasa
ketertarikan saya sedikit muncul. Apalagi ternyata trailernya juga sangat
menjanjikan. So yes, I gave him one more chance, tetapi tentu saja dengan
ekspektasi serendah-rendahnya. Sama rendahnya ketika menyaksikan Revenge of the Fallen (RotF) dan Dark of the Moon (DotM).
Oh yes, Michael Bay masih
menorehkan ke-khas-annya di sana-sini. Baik yang bagus maupun yang mengganggu
dari seri-seri Transformers sebelumnya. Mulai frog shot, flare, hingga slow-mo
dengan patriotic score, semuanya masih dipertahankan. Bahkan durasinya pun
terus membengkak menjadi 165 menit. Tapi satu hal yang patut saya akui adalah Age of Extinction (AoE) punya
storytelling yang jauh lebih nyaman untuk diikuti dan dinikmati dibandingkan
RotF maupun DotM. Karakter-karakter manusia baru memang tak banyak memberikan
kontribusi cerita, bahkan cenderung mencoba untuk mengulang formula Armageddon, meski belum bisa mencapai
tingkat emosional yang setara. Tetapi effort-nya untuk merefresh kisah
manusiawi di balik bombardir pertarungan akbar para robot raksasa, boleh lah.
Penambahan karakter robot-robot justru menjadi refresh yang paling menarik dan
harus diapresiasi. Interaksi dan dialog antar robot yang di seri-seri
sebelumnya tergolong terabaikan dan tidak begitu penting, di sini menjadi jauh
lebih menarik dan hidup. Setidaknya sentuhan midas milik tangan Bay yang sempat
membuatnya berjaya di scene film action era 90-an perlahan telah kembali.
Semoga saja perkembangan bagus ini terus terjadi di seri-seri bahkan film-film
action lainnya.
Tentu saja continuity error dan
logic error bertebaran di sana-sini dan mungkin bisa mengganggu kenyamanan
menonton. Tetapi dua aspek ini sudah saya abaikan jauh-jauh sejak RotF,
sehingga ketika masih menjadi penyakit di AoE, saya memilih untuk tetap
mengabaikannya demi kenyamanan tujuan utama saya menonton seri Transformers:
menikmati pertarungan-pertarungan epic para robot yang sukses menghancurkan
peradaban manusia. Yes, I have to admit the fun of destruction movies. Thanks
to Bay and his Transformers universe.
Dua setengah jam lebih bukanlah
durasi yang aman untuk film yang sebenarnya hanya menjual adegan-adegan aksi
tanpa henti seperti Transformers. AoE pun masih dengan formula lama Bay yang
membombardir penontonnya dengan adegan aksi demi adegan aksi tanpa henti. Bagi
beberapa penonton mungkin lama-kelamaan akan terasa melelahkan. Tapi jika Anda
sama halnya dengan saya, just enjoy the moment which just flow, you will find
it very enjoyable and worth every penny and time you’ve spent to queue.
The Casts
Mark Wahlberg menjadi sorotan
utama sepanjang cerita dan dengan kharisma aktingnya yang sudah khas,
menjadikan kisah manusiawi AoE hidup dan menarik. Lebih menarik ketimbang kisah
Sam Witwicky di seri-seri sebelumnya yang sudah mulai melelahkan. Daya tarik
seksual Nicola Peltz mungkin tidak sebesar Megan Fox ataupun Rosie Huntington
Whiteley, namun harus diakui karakter yang mainkan masih jauh lebih hidup dan
menarik ketimbang Mikaela maupun Carly yang hanya terkesan tempelan pemanis.
Pendatang baru lainnya, Jack Reynor yang memerankan Shane pun tampil cukup
menarik.
Di deretan aktor senior, Stanley
Tucci memerankan karakter yang berbeda dari tipikal peran yang biasa ia
mainkan. Dengan gesture dan tampilan ala Steve Jobs, karakternya menjadi salah
satu yang memorable sepanjang durasi. Tentu saja penampilan Li Bingbing yang
berhasil mencuri perhatian, tak boleh dilupakan begitu saja untuk diberikan
kredit.
Technical
What’s best about Transformers
jelas adalah visual effect-nya. Tak terkecuali di AoE, Anda akan memaafkan
segala kekurangannya berkat sinergi luar biasa dari visual effect dan sound
effect-nya yang memang paling maksimal. Efek surround dan deep bass belum
pernah sedahsyat, semantap, dan sehidup ini. Meski demikian, tak pernah sampai
terkesan berisik dan berlebihan.
Efek 3D yang digunakan pun
menambahkan kesan hidup dan real dari adegan-adegan dahsyat yang ia bombardir
sepanjang durasi. Sangat mengesankan. Rugi jika Anda sampai tak menyaksikan
versi 3D-nya.
The Essence
Manusia selalu merasa paling
pintar dalam segala hal, untuk hal-hal licik sekalipun. Tanpa disadari
sebenarnya pihak musuh bisa saja lebih cerdas dan membalik keadaan. Bukan
mereka yang dimanfaatkan, tetapi sebaliknya, justru mereka yang memanfaatkan
manusia untuk memuluskan rencana yang lebih besar. So human, keep your
arrogance away!
They who will enjoy this the most
- Transformers fans
- Visual effects enthusiast
- General audiences who seek for exciting instant entertainment