The Jose Movie Review
Step Up All In

Overview

Yang namanya franchise tidak perlu susah-susah untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Dengan formula yang sama atau setidaknya mirip-mirip, sebuah franchise film bisa terus mengulang sukses secara komersial. Apalagi jika awalnya hanyalah film berbudget rendah seperti Step Up. Tak perlu nama-nama besar pula untuk mengundang penonton. Justru sebaliknya, film franchise-lah yang akan mendongkrak pamor aktor-aktris baru. Seperti yang selalu saya komentari tentang franchise Step Up, tak perlu pusing-pusing mikir bagaimana story line-nya, yang penting adegan-adegan dance yang inovatif, niscaya kesuksesan akan selalu menyertai. Bahkan sekarang sudah sampai installment ke-5.

Masih dengan kisah dreams come true yang klise, Step Up All In (SUAI) mencoba menarik perhatian penonton dengan menampilkan sebagian besar karakter-karakter yang ada sejak installment pertama. Sayang Channing Tatum dan Jenna Dewan-Tatum yang mengawali franchise ini malah absen. Tapi tunggu dulu, Adam G  Sevani, si Moose yang paling signatural dari semua installment, mendapatkan porsi yang jauh lebih banyak di sini. Sementara karakter-karakter utamanya dan kisahnya cenderung melanjutkan langsung dari installment ke-4, Step Up Revolution alias Miami Heat.

Meski secara keseluruhan menampilkan nuansa yang lebih fun dengan humor-humornya, sayangnya tidak mampu mendongkrak kualitas SUAI secara keseluruhan. Abaikan dulu storyline-nya yang klise, terkesan terlalu gampangan, dan penokohan yang semakin kekanakan dalam bersikap (padahal secara usia seharusnya semakin dewasa), tampilan adegan-adegan dance di sini saja masih jauh dari kata spektakuler. Jauh dari adegan dance di installment-installment sebelumnya. Bahkan koreografi yang ditampilkan tim Grim Knights tampak asal hentak tangan dan kaki. Tak ada sisi keindahan sama sekali. Entah disengaja untuk memberikan kontras dengan penampilan The Mob dan LMNTRX atau memang begitu adanya.

Adegan final battle yang biasanya ditampilkan maksimal dan spektakuler, di sini lagi-lagi terasa gagal mencapai klimaks. Terutama penampilan LMNTRX yang sebenarnya berpotensi tampil keren dengan iringan musik-musik middle-up, namun tak sampai music dengan beat yang lebih intense, adegan langsung disudahi. Seperti sebuah grafik adegan yang seharusnya terus meningkat, namun saat hendak mencapai klimaks justru meluncur turun begitu saja. Adegan dance yang paling berkesan dan punya emosi yang bagus menurut saya justru dance duet ala James Brown yang dilakukan Sean dan Andie di tengah wahana komidi putar. Adegan yang berhasil membuat saya terkesan, seperti halnya adegan dance duet Moose dan Camille di Step Up 3D dengan iringan I Won’t Dance dari Fred Astaire.

With all of its pluses and minuses, memang sejak awal tidak ada yang bisa diharapkan dari SUAI selain tayangan hiburan bak music video berdurasi satu setengah jam dengan bridging sisipan kisah persaingan, percintaan, dan teamwork yang generik. Bisa jadi installment terburuk dari Step Up, namun masih watchable dan menghibur berkat nuansanya yang lebih fun ketimbang installment-installment sebelumnya dimana punya nuansa drama serius yang lebih dominan.

The Casts

Tak ada aktor yang tampil lebih menonjol ketimbang yang lain. Semua rata-rata tampil merata. Ryan Guzman sebagai Sean masih sama seperti di Step Up Revolution. Briana Evigan sebagai Andie tampil lebih menonjol dan menarik ketimbang di Step Up The Streets. Sedangkan Adam G. Sevani sebagai Moose juga terlihat lebih menarik dengan fisiknya yang lebih berisi namun dengan pesona dance yang masih sama.

Di antara karakter-karakter baru, Izabella Miko sebagai Alexxa Brava tampil paling menarik perhatian penonton. Selain gesture dan kostumnya yang mengingatkan kita akan Elizabeth Banks di franchise The Hunger Games. Tidak sekharismatik Banks sih, tapi lumayanlah buat sindiran terhadap karakter sejenis.

Technical

Seperti biasa, adegan-adegan koreografi dance direkam sedemikian rupa sehingga terlihat dan terasa menarik. Tata artistik yang indah, seperti komidi putar James Brown, menambah keindahan visual-nya. Meski ada juga yang tata artistiknya aneh bin ajaib, seperti video audisi LMNTRX, but it's still okay. Ada beberapa gerakan yang terlihat mencolok ingin memberikan efek 3D pop-out. Sayang versi 3D-nya tidak beredar di Indonesia.

Untuk tata suara, music dan sound effect seperti hentakan kaki dapat berpadu dengan baik sehingga terkesan nyata. Efek surround pun dimanfaatkan dengan cukup maksimal dalam menghadirkan riuh rendah ambience, terutama saat The Vortex.

The Essence

Di kebanyakan kompetisi, kemenangan sering menjadi satu-satunya tujuan dari peserta. Tanpa disadari kemenangan dalam kompetisi seringkali dipengaruhi oleh faktor-faktor luar yang kurang objektif. Misalnya koneksi peserta dengan panitia atau juri, atau sistem vote yang semakin mengurangi sisi objektif kualitas sebuah kompetisi. Padahal kalau mau berpikir panjang, bukan kemenangan yang penting, tapi bagaimana tampil semaksimal mungkin saat berkompetisi. Dengan demikian bukan tidak mungkin ada pihak lain yang melirik. Bukan mustahil jika dari situ muncul kesempatan lain yang siapa tahu lebih besar. So get it all in!

They who will enjoy this the most

  • Dance enthusiast
  • The franchise’s fans
  • General audiences who seek for an entertaining show, especially teenagers
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.