3.5/5
Action
Adventure
Based on Book
Blockbuster
Box Office
Drama
Fantasy
Franchise
Gore
Mythology
The Jose Movie Review
War
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
300: Rise of an Empire
Overview
Tema sword-and-sandal sudah sangat overrated di
Hollywood. I think most of them are failed. Hanya ada beberapa judul yang
menurut saya berhasil tampil stand out. Salah satunya adalah 300 yang tayang 2006 lalu. Tentu saja
keunikan gaya visualisasinya menjadi salah satu faktor keberhasilan, ditambah
Gerard Butler yang tampil prima. Tentu saja sebuah film yang sukses besar,
apalagi punya potensi yang besar untuk dikembangkan, sayang untuk tidak
dijadikan franchise. Apalagi sang penulis versi novel grafisnya, Frank Miller,
memang berencana mambuat 5 seri sekaligus. Meski sampai tulisan ini dibuat
masih belum ada satu pun novel grafis lanjutan yang berhasil selesai, proyek
film sekuelnya terus jalan. Malah akhirnya film lanjutannya berhasil selesai
lebih dulu dan diedarkan dengan skenario yang dikembangkan oleh sutradara seri
pertamanya, Zack Snyder, dan Kurt Johnstad. Gonta-ganti premise cerita sempat
terjadi sampai diputuskan versi akhirnya yang kita tonton di layar.
Carut marut gonta-ganti premise biasanya bukan
pertanda yang bagus untuk sebuah film. Seringkali hasilnya hancur lebur tanpa
arah yang jelas. 300: Rise of an Empire
(300 RE) nyaris termasuk di dalamnya. Memang terlalu naïf jika Anda
mengharapkan kualitas yang sama atau melebihi 300, tapi beruntung ada banyak hal yang setidaknya menjadi
penyelamat sehingga hasil akhirnya masih layak tonton.
300 RE sebenarnya lebih tepat disebut sebagai
spin-off dari 300, mengingat
karakter-karakter utamanya, baik jagoan maupun villain, kebanyakan tidak
berhubungan langsung dengan seri sebeulmnya. Secara timeline pun 300 RE
berjalan parallel dengan 300, plus
sedikit flashback prekuel dan sedikit kejadian setelahnya. Secara cerita maupun
aura patriotismenya, 300 RE jelas punya kelemahan di sana-sini. All’s about revenge
here, and Athens are not Spartan. Secara faktual, Athens memang dikenal
memiliki postur tubuh yang lebih kecil daripada Spartan yang diklaim sebagai
tempat lahirnya para prajurit terbaik di dunia dan bertubuh tegap besar. Jelas
tidak adil jika Anda membandingkan keduanya secara head to head.
Karakter jagoan, Themistokles, memang tidak bisa
menyamai pesona Leonidas, tapi bukan berarti dia sama sekali tidak menarik.
Berkat penokohan dan dialog-dialog yang cukup baik, karakter Themistokles
berhasil sedikit menarik perhatian dengan pesonanya sendiri, meski belum mampu
sekuat Leonidas. Pihak lawan, terutama sekali Artemisia justru tampil yang
paling mencuri perhatian. Selain dari dua itu, sama sekali tidak digali meski
ada beberapa yang terlihat menarik, termasuk Xerxes yang menurut banyak pihak
bakal punya porsi lebih tetapi nyatanya tidak.
Perbedaan lainnya adalah fokus konsep. Jika 300 terasa sangat maskulin, 300 RE
perlahan mulai memasukkan unsur feminisme yang sangat jelas ditunjukkan lewat
karakter Artemisia sebagai musuh, dan diseimbangkan dengan kehadiran Ratu Gorgo
di pihak jagoan. Sayang perubahan konsep yang bertolak belakang ini hanya
terasa sampai di situ saja, tidak digali lebih dalam lagi. Padahal sebenarnya
punya potensi yang jauh lebih baik.
Jika Anda mengeluhkan endingnya yang terasa
tanggung, well, in my opinion, it is not. It has reached its point (yaitu
mengembalikan semangat persatuan dari seluruh penjuru Yunani) and it’s trying
to open for more sequels, of course. So yes, endingnya sudah lebih dari cukup
untuk dijabarkan.
So what’s left from this installment? Ya, Anda
masih bisa menikmati adegan-adegan battle yang porsinya bisa nyaris 80% dari
keseluruhan durasi. Meski easily forgettable, adegan-adegan battle 300 RE masih
digarap dengan koreografi yang stylish, dinamis, dan direkam dengan
sinematografi yang cantik. Very enjoyable, meski sedikit terganggu gaya
visualisasi yang berlebihan.
The Casts
Salah satu unsur utama yang mampu menyelamatkan 300
RE adalah karakter villain, Artemisia. Selain memang penokohan yang dibuat
paling kuat dan porsinya banyak, akting yang ditunjukkan Eva Green memang
maksimal. Setelah selama ini porsinya di film-film papan atas seperti Casino Royale dan Dark Shadows kalah dengan karakter-karakter lain, akhirnya aktris
yang sekilas mirip Demi Moore ini diberikan porsi yang sepadan dengan bakat dan
aura kecantikannya. Tidak akan mengherankan jika ke depannya Eva kebanjiran
tawaran peran jagoan atau villain berkarakter kuat.
Sementara Sullivan Stapleton yang memikul beban
paling berat, yaitu menggantikan peran karakter Leonidas di lini depan, memang
masih belum menunjukkan aura maksimal. Pretty good, but not strong yet
memorable enough. Try harder and pick better character role next time.
Technical
Selain koreografi perang dan sinematografi yang
mendukung keindahan gambar, desain kostum patut mendapatkan kredit lebih.
Terutama sekali kostum-kostum yang dikenakan Artemisia. Departemen art juga
layak mendapatkan pujian dengan desain ala Greek yang tidak pasaran dan stylish.
Gaya visual ala komik yang dipelopori oleh seri
pertamanya masih dipertahankan, tapi dengan penambahan-penambahan yang sedikit
berlebihan dan mengganggu, seperti slowmo dan muncratan-muncratan darah.
The Essence
Kebebasan menjadi topik utama yang dipertanyakan di
300 RE. Kebebasan yang bagaimana yang kita perjuangakan selama ini? Apakah
perjuangan akan kebebasan yang kita gaung-gaungkan selama ini justru merupakan
pengekangan kebebasan itu sendiri? Di satu adegan Themistokles berpidato di
depan pasukan-pasukannya, bahwa mereka bebas memilih untuk berjuang melawan
pasukan Persia atau memilih untuk mundur. Pilihannya, jika mundur maka
kebebasan mereka akan dikuasai oleh Persia. Tapi jika tetap maju berperang
resikonya adalah kematian dan kekalahan yang tetap saja membuat Athena menjadi
budak Persia. So, yang manakah kebebasan yang sebenarnya? Apakah kebebasan
tanpa tanggung jawab seperti yang ditawarkan Artemisia kepada Themistokles?
They who will enjoy this the most
- General audiences who seek for an exciting instant entertainment
- Sword-and-sandals enthusiast
- Greek mythological enthusiast
- Bloody and gore action fans