4.5/5
Action
Biography
Blockbuster
Box Office
Buddy
Drama
Friendship
Personality
Psychological
Rivalry
Sport
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Rush
Overview
Biopic jelas bukan genre baru di dunia
film. Sejak pertama kali kemunculannya sebagai sebuah media, sudah ada banyak
sekali kisah nyata orang-orang penting yang diangkat ke film, baik layar lebar,
layar perak, maupun home video. Membuat sebuah biopic, menurut saya
gampang-gampang susah. Kalau mau bermain aman, tinggal pakai template dasar 3
babak ala Hollywood, selesai sudah. That’s why saya yang sempat menggemari
kisah-kisah biopic, pernah juga merasakan titik kebosanan karena
kemasan-kemasan biopic yang tidak berbeda jauh antara satu dengan yang lain.
Memilih salah satu sisi unik dari seseorang untuk diangkat menjadi fokus cerita
adalah kunci dalam menyajikan sebuah biopic yang menarik.
Kemudian muncullah Rush, sebuah biopic yang tak hanya
mengangkat kisah satu orang tokoh, tetapi dua sekaligus. Dan angle yang dibidik
pun adalah rivalry (persaingan) yang sebenarnya juga bukan tema baru di dunia
film. Lantas apa yang membuat Rush
menjadi tontonan yang menarik dan berbeda dari film sejenis? Apalagi tema
sport, terutama car racing, kurang begitu populer diangkat. Driven-nya Sylvester Stallone gagal.
Hanya Senna dari Perancis yang banyak
mendapatkan pujian. Itu pun bergenre dokumenter.
Awalnya saya sendiri juga tidak begitu
tertarik dengan Rush. Apalagi, jujur,
saya awam tentang F1. Namun membaca nama Ron Howard (A Beautiful Mind, Cinderella
Man, dan The DaVinci Code)
sebagai sutradara, Peter Morgan (The Last
King of Scotland, The Queen, dan Frost/Nixon) sebagai penulis naskah, Hans Zimmer (masih perlukah saya
menuliskan filmografinya?) sebagai composer, serta Anthony Dod Mantle (Slumdog Millionaire, 127 Hours) sebagai director of
photography, rasa penasaran dengan ekspektasi tinggi pun muncul seketika. Ini
bukan karya yang main-main, begitu pikir saya.
Benar ternyata. Peter Morgan
menuliskan sisi yang masih jarang disentuh genre biopic. Menggabungkan basic
formula biopic dari dua karakter, James Hunt dan Niki Lauda, mengambil sisi
kontras dari keduanya, mempertajamnya menjadi sebuah konflik (baca: rivalry),
dan mempertegas esensi di akhir. Ini jelas sebuah pengembangan dari
template-template yang sudah ada dengan cara yang sangat menarik. Ia juga tidak
memihak salah satu kubu karakter sebagai yang “lebih (atau paling) benar”.
Masing-masing gaya memiliki konsekuensinya sendiri-sendiri.
Formula yang demikian masih ditambah
sinematografi Dod Mantle dan kepiawaian Ron Howard dalam menentukan pace yang
tepat. Kapan harus menggali sisi drama kehidupannya, dan kapan harus memicu
adrenalin penonton saat di sirkuit. Meski bagi yang mengerti betul akhir dari
setiap perlombaan, tetap saja keseruan F1 yang sesungguhnya dihadirkan dengan
menegangkan, sehingga tentu saja ia juga memiliki nilai hiburan yang sangat
tinggi.
So yes, Rush seperti sebuah paket komplit sebagai perpaduan film berbobot
dengan unsur-unsur hiburannya. Sebuah biopic yang cukup unik dan susah untuk
menemukan yang serupa.
The Casts
Jika Anda pernah melihat sosok asli
dari (terutama) James Hunt dan Niki Lauda, maka Anda akan cukup terkagum-kagum
dengan tampilan fisik Chris Hemsworth dan Daniel Brühl di layar yang sangat
mirip. Bagi saya, Chris adalah pemeran Hunt yang paling pas secara fisik maupun
personality. Ia tak perlu bersusah payah mencari referensi gaya hidup dan
kepribadian Hunt yang sebenarnya, karena kurang lebih sama dengan image
aslinya. Sementara saya pribadi justru lebih menyukai performa Brühl sebagai
Niki Lauda. Kharismanya di layar yang seolah menjadi sosok villain terasa
begitu kuat, jauh melebihi kharisma Chris.
Di barisan pemeran pendukung, tidak
banyak yang benar-benar menonjol mengingat porsi masing-masing yang memang
sangat sedikit. Meski demikian, Olivia Wilde cukup membuat saya melongo karena
performanya yang jauh berbeda dengan perannya di, let’s say Tron Legacy dan Cowboys vs Aliens. She looked much much nicer, baik dari segi fisik
maupun gesture. Gorgeous!
Alexandra Maria Lara yang berperan
sebagai Marlene Lauda juga tak kalah mempesona berkat keanggunan yang berpadu
dengan keseksian khas Eropa Timur-nya.
Technical
Selain sinematografi dan editing yang
jempolan, Rush tak melupakan kualitas
sound yang juga sangat menentukan terutama dalam film-film bertemakan balapan
seperti ini. Kerenyahan sound effect dan efek surround berhasil menghidupkan
suasana sirkuit. Begitu juga pemilihan score dan soundtrack yang sangat menyatu
dengan adegan-adegannya.
Kostum dan make-up juga patut
mendapatkan kredit lebih dalam menghadirkan nuansa 70-an dengan sempurna.
The Essence
Dua gaya hidup (baca: cara memandang
hidup) yang bertolak belakang bukan berarti salah satunya benar, sedangkan yang
lainnya salah. Dengan memahami konsekuensi masing-masing, keduanya bisa
menikmati dan memaknai hidup sesuai dengan jalan pikiran masing-masing. Siapa
tahu keduanya ternyata justru saling menginspirasi satu sama lain dalam suatu
hal tertentu.
They who will enjoy this the most
- F1 fans
- Penikmat biopic
- General audience yang menyukai film hiburan dengan essential value lebih