The Jose Movie Review
Pacific Rim

Overview

Nama Guillermo del Toro sudah melekat pada image monster, mitologi, dan horor. Apa jadinya jika kali ini ia mencoba untuk bermain-main dengan robot, seperti yang dilakukan Michael Bay? Referensi utama untuk menjelaskan Pacific Rim (PR) adalah film-film robot vs monster raksasa seperti Ultraman dan Power Rangers. Selama ini tayangan sejenis sangat jarang sekali diangkat ke layar lebar dengan layak. Itu pun lebih sering dengan kualitas seperti film televisi (masih ingat Mighty Morphin' Power Rangers the Movie?). Maka inilah saatnya pertarungan robot vs monster raksasa diangkat ke layar lebar dengan sangat layak.

Sebenarnya saya kurang antusias menyambut PR karena jujur, trauma atas apa yang dilakukan Michael Bay pada franchise Transformers (TF) belum mampu memulihkan image buruk film robot dari pikiran saya. But I still believe in del Toro. Lagipula banyak kritikus yang memberikan tanggapan positif. So, yes I finally watched it with no expectation at all, but to be entertained.

Well, comparing to TF, PR masih tampak jauh lebih elegan dalam menuturkan narasinya meski tidak bisa ditampik bahwa jualan utama yang mendominasi tentu saja adegan-adegan aksi menegangkan sepanjang durasi. Tidak ada yang baru dari narasinya, namun digarap cukup baik untuk tipikal film sejenis. Drama humanity yang ditampilkan, misalnya tentang masa lalu karakter Mako Mori atau perkembangan chemistry antara Mako-Raleigh, tergarap dengan baik meski tak begitu memorable.

Sementara untuk jualan utamanya, yakni adegan-adegan pertarungan menegangkan, del Toro menyuntikkan nyaris tiga perempat durasinya dengan tata adegan yang tak terasa membosankan dan mampu menjaga intensitas ketegangan dengan sangat baik. Tidak begitu megah, namun very enjoyable.

Hal yang patut saya apresiasi adalah beberapa unsur konsep universe yang benar-benar baru, seperti istilah istilah Jaeger dan Kaiju, atau robot Jaeger yang harus dikendalikan oleh dua pilot yang kompak secara pikiran. It's cool dan sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi franchise baru yang menjual. Other than that, just enjoy the show (if it's your cup of tea).

The Casts

Tak perlu akting yang bagus untuk berperan di film semacam PR ini. Kendati demikian, terutama penampilan Charlie Hunnam dan Rinko Kikuchi mampu mencuri layar serta mendominasi sepanjang durasi. If you can't remember the Jaegers or the Kaijus, you'll probably remember both of them, as the icon of PR, just like Shia LaBeouf and Megan Fox.

Di lini pemeran pendukung, tentu saja penampilan Ron Perlman yang memerankan karakter nyentrik Hannibal Chau sangat memorable. Sementara Idris Elba, dan mungkin juga Charlie Day (yang menurut saya sih lebih ke annoying berkat caranya berbicara), mampu menarik perhatian Anda.

Technical

Tata adegan dan sinematografi yang pas membuat adegan-adegan pertarungan antara Jaeger-Kaiju tampak megah tapi masih nyaman ditonton. Konon versi 3D-nya meski hasil convert-an ternyata hasilnya luar biasa dan memanjakan mata. Ada yang malah mengatakan PR was made to be watched in 3D. Well, sayang saya tak sempat menyaksikan versi 3D-nya.

Tata suara yang menggelegar wajib diperhitungkan untuk film semacam ini and it worked quite well. Namun sayang sekali tak ada score yang begitu memorable. Padahal salah satu unsur yang mampu mengingatkan penonton akan sebuah franchise yang kuat adalah score-nya. Semoga saja jika ada sekuelnya, aspek score yang hummable turut diperhitungkan.

The Essence

In near apocalypse situation, all mankind finally have the same purpose.

They who will enjoy this the most

  • Robot fans
  • Giant monster fans
  • General audiences who seek for a light entertainment
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.