The Jose Movie Review
The Conjuring

Overview

Tak banyak variasi horor yang diproduksi Hollywood. Jika bukan rumah berhantu, maka kerasukan yang dijadikan tema. Di antara jumlah yang tak banyak itu, semakin sedikit pula film horor (yang mengangkat tema spiritual, bukan gore) yang benar-benar stand out. Di era 2010-an ini nama James Wan, sutradara asal Malaysia menjadi semacam jaminan mutu untuk film horor klasik. Filmografinya di Hollywood masih tak banyak. Angkat nama lewat film indie Saw yang tak disangka meledak secara internasional, berturut-turut ia menangani film Hollywood kecil, seperti Dead Sentence dan Dead Silence. Namanya kembali berkibar lewat Insidious yang juga akhirnya menobatkannya sebagai salah satu master of horror di Hollywood.

Sukses Insidious mengantarkannya pada proyek sejenis dengan skala produksi yang lebih besar. Tak berbeda jauh dengan tema-tema horor Hollywood lainnya, The Conjuring masih melibatkan rumah berhantu dan kerasukan. Tetapi tentu saja ini tak menjadi masalah bagi penggemar horor karena yang terpenting adalah bagaimana film mampu menghanyutkan penontonnya ke dalam kengerian atau keseraman yang ditampilkan. And for that purpose, Wan did it once again.

Dari The Conjuring saya berhasil merangkum kekuatan James Wan yang berhasil menjadikannya salah satu master of horor. Yang pertama adalah kepiawaiannya dalam merangkai pace yang tepat. Ia tahu kapan harus "menahan" adegan dan kapan harus "menampakkan" kengerian yang sudah disiapkan. Kedua, astmospheric yang ia bangun sangat mendukung. Malah bisa dibilang kehadiran setting lokasi dan properti menjadi aspek teror yang lebih kuat ketimbang penampakan makhluk ghaib-nya. More classy way to scare. Ketiga, ia tak hanya mengandalkan emosi ketakutan, tapi juga mengundang simpati penonton akan karakter-karakter yang terlibat. Koneksi yang cukup kuat antara karakter-karakter dan penonton menjadikan nilai plus tersendiri sekaligus membuatnya menjadi film yang memorable. Hal inilah yang masih jarang dilakukan oleh film-film horor modern.

So yes, let's not talk about how scary it will be, because it may be vary to every person. Since everybody has different scare endurance rate, personal experiences, and also references. But let's look at it objectively. Bagaimana ia membangun ketegangan, bagaimana ia menakut-nakuti secara efektif dan punya efek emosional yang cukup lama. To me, it might be not the most psychological disturbing horror I've ever seen (because I think Sinister is still unbeatable in my mind), but it's beyond average.

The Casts

Vera Farmiga tidak pernah kehilangan pesona, apapun peran yang dimainkan. Tak terkecuali sebagai Lorraine Warren di sini. I darely said that she's the soul of the movie. Lili Taylor pun tak kalah mengundang simpati penonton berkat karakter Carolyn Perron yang ia perankan. Meski di banyak adegan bagi saya suaranya agak mengganggu, tetapi di momen-momen penting ia tampil prima.

Kelima putri Perron masing-masing juga tampil baik. Jumlah anak yang terlalu banyak memang membuatnya susah untuk diingat satu per satu, tetapi sama seperti Carolyn, ada momen-momen yang bakal diingat penonton karena akting yang begitu mengundang ketakutan yang sama untuk penonton.

Technical

The Conjuring tak begitu mengandalkan special effect dalam menghadirkan kengerian. Like I said, it's more to atmospheric. Kendati demikian, efek-efek sederhana seperti kursi terbang, terbalik, sprei beterbangan, dan tentu saja make-up, justru memberikan efek ngeri sekaligus efek kejut yang natural. 

Di paruh awal tak begitu banyak score demonic yang dimunculkan. Sempat saya berujar, kok tumben tidak ada sound effect dan score ngeri yang sebelumnya sering dipakai oleh Wan. Penantian saya terjawab ketika akhirnya ia tak ketinggalan menyertakan salah satu aspek yang paling mendukung suasana. Good job, once again.

The Essence

The family bond can resist any disturbance.

They who will enjoy this the most

  • Classic horror fans
  • General audiences who seek for a fun terrifying entertainment
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.