3.5/5
Adventure
Animation
Blockbuster
Box Office
Comedy
Fable
Family
Franchise
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
Madagascar 3 : Europe's Most Wanted
Overview
DreamWorks
Animation (DWA) bisa dibilang sebagai salah satu studio animasi yang paling
kuat dalam melahirkan franchise-franchise baru. Setelah menutup franchise
tersuksesnya, Shrek, DWA memilih untuk move on dengan
franchise-franchise lainnya, seperti Kungfu Panda, Madagascar,
dan How to Train Your Dragon. Tahun 2012 ini DWA memilih untuk merilis
sekuel kedua dari petualangan Alex dan kawan-kawan setelah tahun lalu menjadi
milik Po dan The Furious Five-nya.
Secara
pribadi, saya berpendapat Madagascar memang layak menjadi franchise
besar karena materinya yang bisa dikembangkan seluas-luasnya dan tentu saja
menarik terutama dari segi desain karakter. Sekuel terakhir, Madagascar
Escape 2 Africa, walaupun premise-nya tidak jauh berbeda dengan seri pertamanya,
namun masih sangat berhasil dalam hal menghibur penonton (terutama penonton
anak-anak yang menjadi target utama). Di installment terbarunya, saya menyambut
baik pengembangan cerita yang dilakukan cukup drastis. Contoh baik dari
pengembangan cerita yang bisa dilakukan sebuah franchise.
Film dibuka
dengan adegan aksi chaotic ber-pace cepat, sama seperti yang dilakukan DWA di Kungfu
Panda 2 tahun lalu. Jujur, saya tidak begitu menikmati dan menyukai adegan
yang disajikan seperti ini, yang mana dilakukan sepanjang film Kungfu Panda
2 tahun lalu. Saking banyaknya adegan yang memberikan efek “lucu instan dan
sejenak” namun pada dosis yang terlalu banyak bisa menyebabkan kebosanan dan
pada akhirnya tidak memberikan kesan apa-apa, akan terlupakan begitu saja dalam
waktu singkat. Untungnya adegan pembuka yang menggunakan formula ini tidak
berlangsung lama.
Begitu
memasuki fase berikutnya, dimana genk Alex bertemu genk sirkus Eropa, film
berubah menjadi lebih berwarna. Pace menurun tapi justru di sinilah pace
terbaik untuk dinikmati dalam bercerita, baik untuk penonton anak-anak maupun
dewasa. Humor-humor baik yang slapstick maupun cerdas disebar di sana-sini
untuk memeriahkan plot. Banyak yang berhasil walau ada pula beberapa yang biasa
saja.
Dibandingkan
dua seri sebelumnya, installment kali ini menyajikan lebih banyak adegan
mustahil (kayaknya lebih tepat jika saya menyebut tingkat kemustahilannya
paling tinggi). But, come on... this is an animation movie. Seperti kata Alex,
“people love it because it's impossible”. Just let our childhood naiveness
cheers a little. Kisah cinta antar-species seperti layaknya Donkey-Dragon di Shrek
kembali dihadirkan di sini dengan kadar yang sama sweetnya dan tak kalah
kocaknya. Walaupun film ditutup kembali dengan adegan aksi chaotic, namun
setidaknya masih lebih enak untuk diikuti dan tidak berlebihan.
Seperti
biasa di tiap installment pasti diperkenalkan karakter-karakter baru. Di sini
ada cukup banyak karakter baru yang cukup menarik, seperti misalnya Vitaly,
Gia, Stefano, dan tentu saja Sonya. Namun saya kurang begitu terkesan terutama
dengan tampilan desain karakter-karakter barunya. Entah dengan penonton yang
lain, saya merasa sejak Kungfu Panda 2 tahun lalu DWA mengalami
penurunan dalam hal desain tampilan karakter-karakter barunya. Hampir semua
karakter-karakter barunya seperti desain-desain generik yang sering diciptakan
peserta lomba desain karakter. Kurang begitu ikonik. Lihat saja Vitaly yang
mirip karakter harimau Kelloggs, atau Gia yang mengingatkan karakter Tigress di
Kungfu Panda. Untung saja masih ada karakter villain, Captain Chantel
DuBois yang paling berhasil menjadi karakter mengesankan dengan aneka
keunikannya, seperti perpaduan Edith Piaf dan Cruella DeVil. Sayang,
kemungkinan kemunculannya kembali di seri-seri berikutnya jauh lebih kecil
dibandingkan karakter gerombolan sirkus yang ada.
Overall,
walaupun tidak begitu memorable untuk jangka waktu yang lama (kecuali tentu saja senandung Afro Circus-nya
Marty), Madagascar Europe's Most Wanted masih menjadi film animasi
paling menghibur dan ceria dengan plot yang digarap dengan cukup baik tahun 2012
so far. Sayang rasanya jika melewatkan sajian yang satu ini di musim
liburan kali ini.
Casts
Tidak perlu
mengomentari pengisi suara karakter-karakter lamanya yang masih konsisten
menjalankan tugas masing-masing. Di lini karakter-karakter baru, tentu DuBois
menjadi yang paling menarik, terutama berkat aksen Perancisnya yang remarkable
dan meyakinkan. Bravo untuk Frances McDormand (masih ingat pemeran karakter
Secretary of Defense bertas Birkin di Transformers : Revenge of The Fallen?).
Jessica Chastain yang dua tahun belakangan ini namanya sedang naik daun juga
mencuri perhatian berkat aksen Spanyol ala Penélope Cruz lewat karakter Gia.
Technical
Salah satu
kekuatan yang membuat installment ini very loveable adalah penggunaan
warna-warni ceria untuk menghias layar, terutama ketika adegan-adegan circus
performance-nya yang sangat memanjakan mata. Penonton pun dapat dengan mudah
memaafkan kemustahilan adegan demi adegan yang ada.
Score dan
music yang mengiringi worked very well in order to cheer the movie up. That's
what we always love from these kinds of entertaining movie, isn't it?
Jika Anda
mempertimbangkan, versi 3D-nya adalah pilihan yang tepat. Impressive 3D
effects, baik dalam hal pop-out gimmick maupun depth of field. It's a lot of
fun and worth every extra pennies you've spent.
The Essence
Home. Tema
yang diusung franchise Madagascar sejak installment pertamanya. Alex
yang di installment kedua memutuskan Afrika sebagai rumahnya, kali ini
merindukan New York, kota tempat ia dibesarkan dan dipuja-puja pengunjung Kebun
Binatang. Apa sih makna “rumah” sebenarnya bagi kita?
Some of us
mungkin akan menjawab keluarga, tempat tinggal orang-orang yang kita cintai dan
juga mencintai kita. “Rumah” juga bisa jadi tempat asal kita sejak awal, tempat
kita lahir dan atau dibesarkan. Namun installment ketiga ini menawarkan pilihan
“rumah” yang lain : lingkungan tempat kita merasa nyaman berada di dalamnya.
Alex mungkin merindukan New York. Marty mungkin merasa bersalah telah mengajak
teman-temannya dalam aneka petualangan berbahaya ke Madagascar, Afrika, hingga
Eropa. Namun tak satu pun dari mereka ada yang menyesal telah meninggalkan New
York karena melalui petualangan itulah mereka semua menemukan “rumah” mereka. “Rumah”
ada di mana-mana selama kita merasa nyaman berada di dalamnya dan kita dianggap
“seseorang” bagi “rumah” kita.
Lihat data film ini di IMDB.