The Jose Movie Review - The Adjustment Bureau


Philip K. Dick adalah penulis legendaris, terutama bagi penggemar sci-fi. Walau telah lama wafat, namun hingga kini tulisan-tulisan-nya (termasuk cerpen-cerpen) terus menginspirasi para sineas untuk mengangkatnya dalam film panjang. Jika Anda pernah dengar judul-judul seperti Blade Runner, Total Recall, Minority Report, Paycheck, Impostor, Next, dan A Scanner Darkly, maka Anda sebenarnya pernah mengalami betapa “ajaib”nya karya-karyanya : sci-fi dengan balutan filosofis. Nah, The Adjustment Bureau ini adalah hasil pengembangan dari salah satu cerpen karya Dick berjudul Adjustment Team.
At first glance, saya mengira The Adjustment Bureau adalah film drama thriller berbau politis, mengingat karakter utamanya adalah seorang calon senator. Namun begitu masuk tim Adjustment, saya merasa sedikit aneh. Wow, this IS a romantic sci-fi thriller. Well, menurut saya bukan sci-fi sih, lebih ke arah “philosophic” jika kata “religious” dirasa terlalu jauh. Religious? Yap, menurut saya unsur religius dalam film ini sangat kental sekali. Bukan religius seperti sinetron yang tayang pas bulan Ramadhan lho ya. Maksud saya di sini, religius dalam arti menyangkut konsep fate, grand design, plan, free-will, dan tentu saja Tuhan (yang di sini jelas sekali disebut sebagai “The Chairman”). Tidak menggurui, tapi pada akhirnya membuat saya berpikir panjang tentang konsep-konsep yang saya sebutkan sebelumnya.
Cukup mengejutkan ketika mengetahui bahwa film ini disutradarai oleh George Nolfi dimana ini merupakan debutnya sebagai sutradara, walaupun sebelumnya sudah lebih dulu menulis skenario untuk Ocean’s Twelve, Sentinel, dan Bourne Ultimatum. Hasilnya cukup bagus, adegan-adegan yang dirangkai terasa sangat efektif tapi juga tidak terkesan terburu-buru, sangat enak untuk dinikmati dan mudah dipahami, walau juga tidak banyak hal yang memorable. Jangan harap deh ada adegan romantis yang bakal bikin kita berujar, “awww… so sweet”. No, this was not that type of romantic movie. Nolfi lebih banyak membangun chemistry antara kedua karakter utama, David dan Elise, dengan natural melalui dialog-dialog yang cerdas, bukan dengan gombalan murahan. And I think, that was very much enjoyable, felt so real!
Sebagai pasangan karakter utama, Damon dan Blunt berhasil menghidupkan karakter masing-masing sekaligus tuntutan chemistry. Damon berhasil membangkitkan aura “romantis”nya tepat pada waktu dan porsinya, tanpa meninggalkan kesan “strong” ala Jason Bourne-nya. Sementara Blunt sukses menghidupkan aura wanita smart dan independent. Untuk karakter “antagonis”-nya pun juga sukses mencuri perhatian, terutama Terrence Stamp, John Slattery, dan Anthony Mackie. Oh iya, untuk karakter Harry Mitchell yang diperankan Anthony Mackie sebenarnya yang paling menarik dari semua karakter agen yang ada. Sayang sekali, latar belakang mengapa dia membantu David kurang digali. Masa hanya faktor dia pernah menangani ayah David? Saya rasa faktor “pengalaman pribadi” akan terasa lebih kuat dan menarik.
Sebagai sebuah film hiburan, The Adjustment Bureau menawarkan tema yang berbeda dari kebanyakan film Hollywood akhir-akhir ini, terkesan berat tapi diangkat dengan ringan. Cukup fresh, sekaligus memberikan kita perenungan terhadap konsep ke-Tuhan-an dan takdir. Semoga bermanfaat bagi hidup kita ;)
Lihat data film ini di IMDB
Diberdayakan oleh Blogger.