White Snake
[白蛇:缘起]

Modifikasi Legenda Ular Putih
a la Blockbuster
dengan Latar Relevan

Di antara legenda-legenda klasik Tiongkok, kisah Siluman Ular Putih yang pertama kali dipublikasikan tahun 1624 sebagai bagian dari seri kedua trilogi Jingshi Tongyan (Stories to Caution the World) pada Dinasti Ming menjelma menjadi salah satu dari empat cerita rakyat Tiongkok yang paling populer selain Lady Meng Jiang, Butterfly Loversi, dan The Cowherd and the Weaver Girl.

Sudah banyak sekali diadaptasi dalam berbagai versi, seperti opera, film, termasuk serial TV yang populer di era '90-an, New Legend of Madame White Snake (tayang di Indonesia lewat channel SCTV dengan judul White Snake Legend). Setelah versi layar lebar yang dibintangi Jet Li, The Sorcerer and the White Snake (2011), tahun 2019 lalu Tiongkok kembali mengadaptasi kisah klasik ini sebagai sebuah film animasi 3D bertajuk White Snake. Sukses mengantongi angka box office sebanyak CN¥ 447 juta (setara sekitar US$ 61 juta) dengan budget 'hanya' CN¥ 80 juta (US$ 11,2 juta), White Snake langsung menjadi buah bibir animasi dunia. Tak hanya sukses komersial, tapi juga di ajang penghargaan-penghargaan bergengsi, seperti memenangkan kategori Original Song of the Year dan Top Ten Communication Films di China Film Critics Award, serta Best Chinese & American Co-Production Animation Film di Golden Angel Award, Chinese American Film Festival.


Selain di negaranya sendiri, film yang disutradarai oleh duet Amp Wong (animation lead di Green Lantern: The Animated Series) dan  Ji Zhao (asisten post-pro dan editor di The Karate Kid (2010), Dragon (2011), Snow Flower and the Secret Fan (2011), dan The Grandmaster (2013) ini belum ditayangkan di negara Asia mana pun hingga tulisan ini diturunkan, tapi di Indonesia sudah bisa ditonton secara eksklusif lewat KlikFilm.

Ketika ditugaskan untuk menghabisi seorang jenderal, siluman ular putih bernama Blanca mengalami sebuah serangan yang membuatnya hilang ingatan. Ia ditolong oleh Ah Xuan,  seorang pemuda desa yang polos dan tulus. Sebagaimana penduduk desa lainnya, Ah Xuan suka berburu ular karena sang jenderal memerintahkan bahwa siapa pun yang bisa menangkap ular dan diserahkan kepadanya tidak perlu lagi membayar pajak. Konon Sang Jenderal memburu ular-ular demi mendapatkan ramuan yang bisa membuatnya abadi dan tak tertandingi. Upaya Ah Xuan untuk memulihkan ingatan Blanca perlahan berhasil. Sementara itu Master para siluman ular menganggap Blanca berkhianat karena berteman dan bahkan jatuh cinta dengan seorang pemburu ular. Verta, Sang Siluman Ular Hijau, saudari Blanca mengajukan diri untuk mengurus masalah ini di bumi. Posisi warga desa pun terjepit di antara Sang Jenderal dan para siluman ular yang sedang berperang.


Secara premis, White Snake bisa dianggap sebagai sebuah prekuel dari cerita legenda Siluman Ular Putih yang populer selama ini. Dengan kemasan visual spectacle yang sinematik a la blockbuster seperti Ne Zha belum lama ini di banyak kesempatan, plotnya terasa sedikit dimodifikasi dengan setup latar yang berbeda dari aslinya. Cerita tentang seorang jendral yang memerintahkan rakyat memburu ular untuk dijadikan obat sebagai ganti pembayaran pajak benar-benar ada dalam sejarah, yaitu pada jaman Dinasti Tang (jauh sebelum Dinasti Ming ketika kisah asli Siluman Ular Putih dipublikasikan pertama kali). Setup ini jadi punya relevansi yang kuat sebagai pemicu perang antara manusia dan kaum siluman ular. 

Pengembangan plot-nya pun bisa dianggap berjalan cukup lancar meski di babak kedua terasa sedikit 'kendor' setelah babak pertama yang tergolong padat. Untungnya film menyajikan final battle yang impactful, baik sebagai sajian visual spectacle sinematik yang memanjakan mata dan seru, maupun sisi drama roman yang se-emosional Titanic, terutama berkat voice talent dari Zhang Zhe yang secara meyakinkan, lirih. 


Secara animasi 3D, kualitasnya pun tidak main-main. Memang di beberapa kesempatan camerawork, gestur pergerakan objek, dan visual effect-nya terasa seperti video game, tapi detail background yang bak perpaduan lukisan klasik Tiongkok dan 3D modern yang realis, tekstur kostum, dan juga objek-objek lain yang tak kalah mencengangkannya. Overall, jelas kualitas animasi White Snake sangat unggul untuk kelas Asia, bahkan sebenarnya hampir mendekati animasi Hollywood papan atas seperti produksi Pixar, misalnya. 

Sensualitas juga menjadi daya tarik tersendiri di beberapa bagian. Ini bukan tanpa sebab. 
Terutama sekali Blanca dan Faye Mata, karakteristiknya memang butuh sedikit sisi sensualitas yang 'menggoda', tapi tanpa harus terasa kelewat vulgar sebagai sajian hiburan untuk seluruh keluarga. 


Departemen musik, terutama lagu tema yang memang sangat kental Tiongkok klasik dengan nuansa serta lirik yang selaras dengan adegan, sehingga memperkuat 'rasa' dari adegan-adegan dan lebih memorable

Jika Anda terkesan dengan versi animasi Ne Zha beberapa saat lalu, mungkin Anda juga akan merasakan sensasi serupa ketika menyaksikan White Snake.

White Snake bisa ditonton secara eksklusif lewat KlikFilm.
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.