True History
of the Kelly Gang

Perjalanan Hidup Kelam
Bertabur Bintang

Ned Kelly dikenal sebagai sosok bandit Australia paling populer di akhir abad 19. Sepak terjangnya yang tergolong brutal di usia muda membuat beberapa pihak tertarik untuk mengangkatnya ke dalam berbagai medium.
Selain bintang futbol Australia, Bob Chitty (di The Glenrowan Affair, 1951) dan rocker, Mick Jagger (di Ned Kelly, 1970), terakhir mendiang Heath Ledger juga sempat menjelma menjadi sosok Ned Kelly di Ned Kelly (2003).

Sementara di medium cetak, Peter Carey pernah memenangkan penghargaan Man Booker Prize untuk novel True History of the Kelly Gang di tahun 2001 yang merupakan adaptasi bebas dari kisah Ned Kelly. Novel inilah yang kemudian menjadi dasar dari film berjudul sama karya sutradara Justin Kurzel yang pernah kita kenal lewat adaptasi terakhir Macbeth (2015) dan Assassin's Creed (2016).

Aktor George MacKay yang baru saja menuai banyak pujian lewat perannya di film 1917 mengisi peran Ned Kelly, didukung istri Justin Kurzel sendiri yang sebelumnya pernah berperan di film horor indie fenomenal The Babadook dan Assassin's Creed, Essie Davis, 'Beast' dari waralaba X-Men, Nicholas Hoult, Charlie Hunnam (Pacific Rim, Crimson Peak, The Lost City of Z, King Arthur: Legend of the Sword, dan The Gentlemen), Russell Crowe, serta Thomasin McKenzie yang belum lama ini kita lihat di Jojo Rabbit dan film Netflix, The King.


True History of the Kelly Gang membidik mulai dari masa kecil Ned Kelly dimana kondisi orang tuanya yang merupakan imigran Irlandia di sebuah kawasan pedesaan di Melbourne. Sang ayah, John 'Red' Kelly sering harus berurusan dengan polisi kolonial dan dipenjara, sementara sang ibu, Ellen, memilih 'jalan pintas' lain untuk menafkahi anak-anaknya; Ned yang berusia 12 tahun, Dan, Kate, dan Maggie. Himpitan ekonomi pula yang membuat Ellen diam-diam 'menjual' Ned kepada salah satu koleganya yang ternyata merupakan seorang bandit, Harry Power, dengan iming-iming mendidik Ned menjadi pria dewasa di kota.

Bertahun-tahun mengembara di kota, Ned memutuskan pulang ke rumah dan berniat kerja halal. Sayang kondisi di rumah ternyata semakin porak-poranda yang membuat Ned makin terjebak dalam kelamnya dunia kejahatan dan menjadi incaran polisi lokal, Constable Fitzgerald. Tak ada jalan lain bagi Ned dan Dan selain membentuk geng bandit sendiri sebagai bentuk pertahanan hidup sekaligus perlawanan terhadap aparat yang 'menyandera' keluarganya.


Meski mengusung judul 'True History', ternyata tak semua elemen dalam film yang diangkat dari novel Carey ini sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya. Secara garis besar memang masih setia terhadap kisah aslinya, termasuk penyerbuan terakhir geng Kelly dengan 'setelan anti peluru'-nya di Glenrowan.
Namun sosok Mary yang digambarkan sebagai love interest Kelly dan sang putra yang konon di sini menjadi objek tujuan surat Ned yang sekaligus dijadikan narasi cerita, adalah fiktif belaka.

Secara garis besar atmosfer kelam menyelimuti sepanjang film. Pencahayaan yang temaram dan colortone cenderung gelap mendominasi sepanjang film, juga ritme plot yang termasuk berjalan lambat mendukung suasana depresif yang ingin digambarkan Kurzel untuk merepresentasikan jalan hidup Ned Kelly yang serba kelam dan unfortunate.

Daya tarik utama True History of the Kelly Gang terletak pada adegan-adegan yang cukup brutal (cukup mampu membuat saya beberapa kali sampai harus memalingkan pandangan dari layar) dan  penampilan prima dari para aktornya. Tak hanya MacKay, Davis, dan Hoult yang paling menonjol, tapi juga Crowe meski porsinya tergolong sedikit. Love-hate relationship antara Ned dan Ellen menjadi highlight paling menarik untuk disimak sepanjang film selain perkembangan psikologis sosok Ned dari kecil hingga dewasa. Antara toxic parenthood dan ikatan kekeluargaan menjadi topik menarik untuk didiskusikan kemudian. Beruntung MacKay dan Davis punya cukup pesona untuk memikat perhatian penonton sepanjang film lewat chemistry yang meyakinkan.


Namun di sisi lain, sebagai satu produk utuh konsep yang diusung Kurzel bisa jadi terasa kelewat kelam, depresif, atau mungkin juga di suatu titik, melelahkan, di balik durasinya yang mencapai 124 menit. Pembagian pembabakan yang memang terasa agak kurang seimbang (terlalu lama di perkenalan, pengembangan lanjutan yang agak bertele-tele, hingga klimaks yang terkesan agak terburu-buru) ditambah penanganan adegan yang masih kurang tepat guna dari Kurzel menambah kesan 'melelahkan' tersebut. Di banyak kesempatan Kurzel terlihat terpengaruh gaya visual Guy Ritchie (terutama di King Arthur: Legend of the Sword), termasuk beberapa teknik camerawork Ari Wegner, tapi dengan sense dan timing yang masih belum mencapai level tersebut, upaya tersebut lebih terasa seperti sekedar 'gaya-gayaan' ketimbang memberikan pengaruh 'rasa' pada adegan-adegannya.

Selebihnya, True History of the Kelly Gang masih mampu menyuguhkan angle-angle psikologis para karakternya yang menarik untuk disimak dan didiskusikan kemudian selain mengenal sosok ikonik tersebut yang mungkin asing di telinga penonton milenial.



True History of the Kelly Gang bisa diakses lewat KlikFilm.
Lihat data film ini di IMDb.
Diberdayakan oleh Blogger.