3.5/5
Adventure
creature
Drama
Franchise
Friendship
Horror
Indie
Pop-Corn Movie
sequel
shark attack
Thriller
Überblick
{Überblick}
{Überblick}
47 Meters Down: Uncaged
Awalnya banyak yang mengira 47 Meters Down (47MD - 2017) hanyalah another B-class creature movie, tapi ternyata menuai cukup banyak pujian di sub-genrenya, begitu juga penghasilan box office yang tergolong sangat menguntungkan (lebih dari US$ 62 juta dari budget ‘hanya’ sekitar US$ 5,3 juta). Maka tak heran jika kemudian rumah produksi The Fyzz Facility tergoda untuk mengembangkan potensi franchise ini. Sutradara Johannes Roberts dan penulis naskah Ernest Riera dari film pertamanya kembali digaet. Sekedar informasi, sutradara Johannes Roberts sendiri sebenarnya Sudah punya rekam jejak positif di genre horor, seperti kolaborasi pertamanya dengan Riera di The Other Side of the Door dan The Strangers: Prey at Night. Setelah sempat memberi judul 48 Meters Down dan 47 Meters Down: The Next Chapter, akhirnya terpilih judul final 47 Meters Down: Uncaged (45MDU) dengan plot yang sama sekali tidak berhubungan dengan film pertamanya, berikut juga pemain-pemain baru yang muda dan tak kalah segar. Mulai Sistine Rose Stallone (putri tengah dari pernikahan ketiga Sylvester Stallone), Corinne Foxx (putri Jamie Foxx), Sophie Nélisse, hingga Brianne Tju (aktris berdarah Chinese-Indonesia yang pernah kita lihat di Scream: the Series). Didukung pula oleh John Corbett (masih ingat Ian Miller dari My Big Fat Greek Wedding) dan Davi Santos yang belum lama ini kita lihat di Polaroid.
Empat gadis segeng; Nicole, Sasha, Mia, dan Alexa, yang sedang berlibur di perairan Meksiko, tertantang untuk menyelam menelusuri gua yang konon menyimpan peninggalan kota kuno suku Maya. Ayah kandung Nicole (sekaligus ayah tiri Sasha) sendiri yang melakukan ekplorasi terhadap gua tersebut. Di luar ekspektasi, medan yang harus mereka lalui ternyata jauh lebih berbahaya. Cahaya yang sangat minim ditambah serangan hiu putih secara tiba-tiba membuat mereka berempat kehilangan arah untuk keluar dari perairan.
Tak perlu berekspektasi macam-macam untuk film bersub-genre creature macam ini. Tujuan pembuatannya tak muluk-muluk; sekedar menyajikan hiburan pemicu adrenaline yang mampu membuat penontonnya larut dalam ketegangan, sembari sesekali dibuat spontan berteriak dan mungkin, menutup mata. Untuk tujuan tersebut, 47MDU mampu memenuhi ekspektasi tersebut. Johannes Roberts sekali lagi membuktikan kepiawaiannya dalam mempermainkan emosi penonton. Ia tahu betul kapan waktunya ‘menahan’ dan kapan harus melepaskan serangan. Bahkan Roberts ternyata juga piawai memanipulasi penonton dengan serangan kejutan tanpa ‘aba-aba’ yang biasanya terbaca dengan mudah dan jelas di tipikal film sejenis. Tarik-ulur flow sepanjang sekitar satu setengah jam tergelar pas, tak terasa kelewat diulur-ulur ataupun terlalu cepat untuk dinikmati. Pilihan tindakan-tindakan bodoh oleh karakter yang juga menjadi salah satu ciri khas tipikal film sejenis tak sampai terasa menjengkelkan. Bahkan bagi penonton yang tidak terlalu serius memikirkan logika adegan, mungkin akan turut terlarut dalam manipulasi pilihan karakter yang sebenarnya berfungsi sebagai setup plot.
Naskah masih menentukan nasib para karakternya berdasarkan aturan moral klasik di sub-genrenya (juga di genre horor secara keseluruhan), disesuaikan pula dengan trend penyitas berdasarkan rasial di samping faktor pilihan moral. Sebuah keputusan aman tanpa harus mengorbankan keseruan mengikuti ‘arus’ ceritanya ataupun menebak-nebak nasib para karakternya ketika serangan hiu menyerang tanpa aba-aba terlebih dahulu.
Meski mengusung plot yang sama sekali tidak berhubungan dengan film pertama, sulit untuk tidak membandingkan keduanya. Bagi saya pribadi, 47MD adalah sajian thriller creature yang sederhana tapi mampu memaksimalkan kondisi (termasuk dalam hal terbatasnya setting lokasi) sehingga menjadi sajian mencekam yang konsisten sepanjang durasi dan jauh dari kesan B-class murahan. 47MDU masih mampu menjadi sajian sekelas dengan set lokasi yang lebih beragam, yang artinya skala produksi yang (sedikit) lebih besar dan pastinya, dosis serangan hiu yang berlipat-lipat, meski ada keterbatasan keruhnya air yang membuat beberapa adegan terlihat kurang jelas. Overall, 47MDU masih menjadi sajian yang mampu melipat-gandakan keseruan dan teror dari film pertamanya. Sayang jika dilewatkan di layar lebar.
Lihat data film ini di IMDb.