4/5
Awards winner
Based on a True Event
Based on Book
Biography
Drama
History
Humanity
Oscar 2014
Psychological
Slavery
Socio-cultural
Survival
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
The Jose Movie Review
12 Years a Slave
Overview
Steve McQueen selama ini dikenal
sebagai sineas yang sering mengangkat tema-tema penderitaan. Karya film
panjangnya baru tiga, Hunger, Shame, dan yang terbaru 12 Years a Slave (12YaS). Namun jangan
meremehkan prestasinya karena ketiganya diganjar penghargaan internasional
bergengsi di mana-mana. Yang terakhir malah diganjar 3 Oscar termasuk
penghargaan tertinggi, Best Motion Picture of the Year. Jadi jangan pernah
remehkan kepiawaian seorang Steve McQueen dalam bertutur melalui visual.
Dibandingkan kedua karya
sebelumnya, menurut saya 12YaS adalah yang paling biasa saja. Bukan berarti
buruk. It’s good, but nevertheless nothing’s special either. Berbeda dengan
pendekatan personal yang mendalam di Hunger
maupun Shame, semua unsur yang
dimasukkan sudah formulaic di genre dan tema serupa. Formula andalan untuk
menciptakan film yang dicintai juri-juri berbagai ajang penghargaan, termasuk
Oscar. Bukan salah McQueen juga sebenarnya, karena adaptasi dari sebuah memoir
milik seorang mantan budak bernama Solomon Northup sudah seperti demikian
adanya. Mungkin malah jika tidak digarap oleh seorang McQueen, 12YaS akan jatuh
menjadi super biasa lagi.
Rangkaian adegan penyiksaan yang
seperti biasa, melibatkan pecut, diletakkan di sana-sini untuk “menggugah” hati
penonton. Semua jadi tergantung dari bagaimana akting si “korban” yang kali ini
bertumpu pada Lupita Nyong’o, pemeran karakter Patsey.
Tapi tunggu dulu, daya tarik
utama sebenarnya bukan di situ. Kharisma karakter utama, Solomon, lah yang
menggerakkan 12YaS menjadi lebih menarik. Meski memang tidak begitu banyak
perkembangan yang signifikan, tetapi semangat dan taktik yang ia gunakan untuk
survive adalah hal yang membedakan dengan film-film bertemakan perbudakan
sejenis. Endingnya pun seolah hanya mempedulikan karakter Solomon dan mengabaikan nasib karakter-karakter lainnya, terutama Patsey. Begitu pula dengan karakter antagonis, terutama Edwin Epps dan
istrinya. Menarik, meski tidak banyak perkembangan berarti.
Sebenarnya saya percaya
seandainya 12YaS lebih bebas dalam membumbui cerita, tidak perlu terlalu setia
pada sumber aslinya, ia pasti menjelma menjadi sebuah film yang jauh lebih
menarik. Apalagi dengan tangan dingin Steve McQueen yang dilihat dari portfolio
sebelum-sebelumnya, mampu membuatnya menjadi karya yang remarkable. Tapi apa
mau dikata, produser sudah menarget Oscar sehingga mengikuti segala formula
generik-nya. Tak apalah, kali ini kita biarkan McQueen meraih Oscar setelah Hunger dan Shame.
The Casts
Performance para aktor adalah
kekuatan utama yang menghidupkan 12YaS. Baik Chiwetel Ejiofor maupun Lupita
Nyong’o yang diganjar penghargaan di mana-mana, sama-sama layak berkat
penampilan mereka yang begitu emosional. Begitu pula sosok-sosok antagonis yang
meski tak begitu banyak porsinya seperti Ford (Benedict Cumberbatch), Tibeats
(Paul Dano), dan Mistress Epps (Sarah Paulson), namun tetap memberikan kesan
yang cukup lama membekas di benak saya. Apalagi muse McQueen, Michael
Fassbender yang lagi-lagi memanfaatkan wajah dan emosi bengisnya. Top notch
performances!
Technical
Sinematografi cantik yang merekam
berbagai kejadian naas dengan art directing yang tak kalah cantik nan otentik
jelas menjadi salah satu resep keberhasilan di berbagai penghargaan. Jadi Sean
Bobbitt sebagai DoP, David Stein di art direction, dan Patricia Norris di
costume design, jelas pilihan-pilihan terbaik.
Begitu juga Hans Zimmer yang
menggubah score sepanjang film jelas formula wajib untuk kelas Oscar.
The Essence
Perjuangan tidak harus berupa
pemberontakan frontal. Terkadang memilih mengikuti arus sekedar untuk bertahan
sambil menunggu kesempatan datang adalah pilihan yang bijak. Tentu saja memanfaatkan
kesempatan dengan berhati-hati dan cara yang cerdas, just to make sure
everything will be just fine.
They who will enjoy this the most
- Penonton yang menyukai drama menyentuh
- Penyuka film bertema perjuangan bertahan hidup
86th Annual Academy Awards nominee for
- Best Motion Picture of the Year
- Best Performance by an Actress in a Supporting Role – Lupita Nyong’o
- Best Writing, Adapted Screenplay – John Ridley
- Best Performance by an Actor in a Leading Role – Chiwetel Ejiofor
- Best Performance by an Actor in a Supporting Role – Michael Fassbender
- Best Achievement in Costume Design – Patricia Norris
- Best Achievement in Directing – Steve McQueen
- Best Achievement in Film Editing – Joe Walker
- Best Achievement in Production Design – Adam Stockhausen (production design) & Alice Baker (set decoration)
Lihat data film ini di IMDb.