3.5/5
Action
Adventure
Based on a Game
Blockbuster
Box Office
Comedy
Franchise
Hollywood
Monster
Pop-Corn Movie
SciFi
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
The Jose Flash Review
Rampage
Masih ingat video game berjudul Rampage di konsol Atari, Nintendo, Sega, atau komputer PC era ’80-an? Ya, pemain bisa memilih memainkan karakter George, King Kong raksasa, Lizzie, kadal raksasa, atau Ralph, serigala raksasa, untuk menghancurkan kota demi naik level. Game yang terus berevolusi hingga era 2000-an ini akhirnya berhasil diyakinkan oleh Warner Bros. untuk difilmkan sejak 2009, seiring dengan akuisisi sang produsen, Midway Games oleh mereka senilai US$ 33 juta. Tahun 2011 rencana pengembangan film layar lebarnya pun diumumkan dengan Dwayne ‘The Rock’ Johnson dipilih sebagai pemeran utama, sementara Brad Peyton dipinang untuk duduk di bangku sutradara. Adapun ini merupakan kali ketiga Johnson bekerja sama dengan Peyton setelah Journey 2: The Mysterious Island dan San Andreas. Lini pemeran pendukung pun kemudian diisi oleh nominee Oscar 2017 untuk kategori Best Supporting Actress di Moonlight sekaligus salah satu Bond girl di Skyfall, Naomie Harris, Malin Akerman (Watchmen, Rock of Ages), Jake Lacy (Carol, Miss Sloane), dan Joe Manganiello (Magic Mike). Dengan jadwal rilis hanya beberapa minggu setelah Pacific Rim: Uprising yang bertema serupa, Rampage punya lebih banyak ‘daya jual’ yang sebenarnya cukup menjanjikan tontonan blockbuster yang dahsyat di balik tipikal film Dwayne Johnson yang mungkin bisa menyebabkan antipati dari beberapa penonton.
Persahabatan dengan selera humor yang aneh antara seorang primatologis, Davis Okoye, dan gorila albino-nya, George, terganggu ketika benda-benda aneh berjatuhan dari langit dan mengubah George menjadi makhluk raksasa yang jauh lebih ganas. Usut punya usut ternyata benda itu adalah sampel serum penyunting genetika hasil percobaan Rampage yang dikembangkan oleh Energyne, perusahaan yang dikepalai oleh Claire Wyden yang ambisius dan saudaranya, Brett Wyden yang agak dungu dan mudah panik. Claire mengincar hasil percobaan yang ternyata berhasil dan memancing mereka ke gedung kantor mereka yang berada di pusat kota Chicago. Davis dibantu Dr. Kate Caldwell yang adalah mantan ilmuwan Energyne yang mengembangkan percobaan Rampage untuk menyelamatkan George sebelum diburu oleh militer pemerintah dan tim agen rahasia bernama OGA (Other Government Agency), Harvey Russell. Ternyata George tak sendiri. Masih ada serigala dan buaya raksasa yang juga bermutasi gara-gara serum Rampage. Ketiganya siap untuk memporak-porandakan kota Chicago.
Dari trailer dan berbagai elemen yang diusung, jelas bahwa Rampage adalah tipikal film aksi fiksi ilmiah murni hiburan yang seru dan menegangkan. Maka jika mengharapkan plot ilmiah yang rumit, mendekati fakta, atau mungkin selipan filosofi kemanusiaan, Anda salah alamat. Ia masih menggunakan berbagai formula pakem hiburan blockbuster Hollywood yang menunjukkan kedigdayaan efek visual dalam menghidupkan kengerian hancurnya kota oleh makhluk-makhluk mutan raksasa. Rampage mungkin tak menawarkan konsep-konsep visual yang baru ataupun variasi teknis yang unik (misalnya camera work Jaron Presant, editing Bob Ducsay dan Jim May, atau score music Andrew Lockington yang terdengar generik kebanyakan blockbuster) dalam menghadirkan sajian utamanya, tapi semuanya terangkai dalam adegan-adegan yang mampu membuat penonton kerap spontan terperangah atau bahkan berteriak. Malahan ia tampak memanfaatkan batasan-batasan atas rating PG-13 (nyaris Restricted) dalam menghadirkan kebrutalan demi kebrutalan. Tak tampak kelewat vulgar ataupun eksplisit, tapi lebih dari cukup untuk memberikan efek kejut dan ketakutan bagi penonton.
Diselipkannya berbagai celetukan humor di sana-sini yang sebenarnya cukup menggelitik (terutama bagi penonton yang memahami referensi budaya pop yang dimaksud) seolah ingin menahbiskan diri sebagai komedi kelam. Tak salah, justru memberikan rasa ‘fun’ di balik gempuran adegan-adegan brutal. Begitu juga sosok villain yang digambarkan seolah-olah dungu tapi jelas sekali disengaja untuk memberikan kesan fun dan komedi kelam-nya.
Selain dari itu, bukan berarti ia tak satupun menyelipkan esensi kemanusiannya. Meski pada porsi yang sangat kecil dan mungkin luput dari perhatian penonton yang lebih terdistraksi oleh suguhan visualnya, masih dapat ditemukan penulisan lapisan karakter Davis yang tak hanya di permukaan terluar saja. Ia digambarkan lebih percaya hubungan dengan kera daripada manusia karena faktor trauma pribadi. Ini kemudian dipatahkan oleh silogis dari Kate yang membuatnya menjadi esensi sederhana tapi penting dalam konteks psikologi manusia. Elemen kecil dalam film tapi sulit untuk saya abaikan begitu saja dan sangat layak untuk diapresiasi. Tidak hanya sekedar sajian hiburan bodoh dan tanpa esensi saja.
Elemen koneksi emosional antara Davis dan George memang tak terasa terlalu menyentuh, tapi lebih dari cukup dalam konteks pure entertainment tanpa harus membuat turnover yang kelewat mengubah mood film. Akan semakin tidak enak jadinya jika tiba-tiba ada turnover yang menyentuh (atau bahkan tragis) setelah gelaran adegan-adegan seru dan fun, bukan?
Dwayne Johnson masih memerankan karakter tipikal yang kerap ia mainkan dan itu sama sekali bukan masalah jika memang cocok meski penonton bisa saja ter-mixed-up dalam mengidentifikasi lagi kelak. Naomie Harris cukup mampu menunjukkan sisi komedi dalam dirinya lewat karakter Kate setelah selama ini lebih sering terlihat serius. Begitu juga Marlin Akerman sebagai Claire, Jeffrey Dean Morgan sebagai Harvey Russell, dan Jake Lacy sebagai Brett Wyden yang kerap memancing tawa penonton.
Maka jika mengharapkan tontonan bak wahana taman bermain yang seru, menegangkan, mampu membuat Anda spontan terperangah atau bahkan berteriak, Rampage adalah pilihan yang tepat. Bodoh dan mindless? Tidak juga. Toh tidak ada yang salah juga dengan pilihan tersebut karena memang tidak berusaha untuk terlihat/terdengar cerdas sebagai film ilmiah. Selama masih menjadi sajian yang mendebarkan dan fun, Rampage masih layak dianggap berhasil menghibur. Apalagi jika Anda sempat memainkan versi video game-nya. Saya pun sangat ingin mengoleksi action figure ketiga sosok raksasa keren ini!
Lihat data film ini di IMDb.