The Jose Movie Review - The Help


Diskriminasi sudah ada sejak lama, bahkan sejak jaman sejarah. Negara kita saat ini bukanlah satu-satunya. Bahkan Amerika Serikat pun yang sekarang notabene di atas kertas anti-diskriminasi ras, pernah mengalami masa suram berkaitan dengan diskriminasi, terutama terhadap kaum Afro-Amerika (kulit hitam). Sudah banyak materi tentang diskriminasi terhadap kaum Afro-Amerika diangkat dalam cerita layar lebar, dari yang bergenre drama seperti Men of Honor, Driving Miss Daisy, The Blindside, Monster’s Ball, hingga film action semacam Bad Boys sempat menyinggung kelompok Klux-Klux Klan.

Di tahun 2012 ini, ada satu judul film yang mengangkat tema diskriminasi ras dalam sebuah drama dengan sedikit bumbu komedi. Bukan tipikal komedi konyol-konyolan, tetapi lebih ke komedi cerdas. Salah satu film dengan materi cerita yang kuat walau terkesan sederhana dan digarap dengan sangat baik dari segala aspek. Materi cerita yang kuat mungkin karena cerita ini adalah gambaran nyata tentang apa yang pernah terjadi di Mississipi pada era 1960-an. Sederhana, karena masalah rasial di sini tidak dipandang dari segi politis. Sudut pandang berada pada sekelompok pengasuh bayi (baby sitter) berkulit hitam, yang walau sudah mengabdi kepada sebuah keluarga dari generasi ke generasi namun tetap saja ada beberapa orang yang memperlakukan mereka secara diskriminatif. Mereka tidak boleh menggunakan kamar mandi yang sama dengan majikannya, misalnya. Cerita pengalaman para baby sitter ini kemudian dirangkum oleh seorang jurnalis yang juga pernah mengalami memiliki babysitter kulit hitam, Skeeter.

Sebagai sebuah cerita naratif, The Help mampu menyampaikan cerita dengan baik dan lancar tanpa menimbulkan kebosanan bagi penontonnya. Bahkan dengan tema yang tergolong sensitif, The Help tidak membela salah satu pihak apalagi hal yang ofensif. Tema yang serius dibungkus dalam sebuah drama yang mudah diikuti, bahkan penonton kadang diajak untuk mentertawai tingkah laku karakter-karakternya yang bukan tidak mungkin berarti juga mentertawai diri (penonton) sendiri. Let’s be honest, hingga saat ini pun diskriminasi dalam hal apapun masih terjadi, apalagi di Indonesia. Proporsi antara drama yang menyentuh, drama yang menginspirasi, serta guyonan yang cerdas dan segar, terangkai dengan takaran yang pas. Durasi yang nyaris menyentuh dua setengah jam bisa dilalui tanpa terasa, berkat alur yang semakin lama semakin menarik.

Skrip yang jempolan didukung pula oleh performa aktor-aktornya yang tidak kalah luar biasanya. Bisa dibilang The Help gudangnya karakter-karakter menarik yang bisa dibilang berhasil dibawakan oleh aktor-aktornya. Awalnya sempat skeptis mendengar Emma Stone yang sebelumnya kita kenal sebagai gadis seksi pemberani di Zombieland harus memerankan karakter Skeeter, jurnalis cerdas ala Anne Hathaway di Devil Wears Prada. But I have to admit, she did great, very great performance. Namun tentu saja pusat perhatian sepanjang film adalah Viola Davis yang memerankan Aibileen, sang karakter utama. Jika selama ini penampilannya dalam sebuah film hanya sebagai pemeran pendukung, di sini ia berhasil membuktikan bahwa peran utama di film yang tergolong berbobot dapat dibawakan olehnya dengan amat baik. Octavia Spencer yang memerankan Minny, “sidekick” Aibileen juga tampil tak kalah menarik. Karakternya yang berani dan ceplas-ceplos berhasil mengundang simpatik penonton. She deserves the Oscar nomination, along with Viola Davis and Jessica Chastain. Sedangkan untuk karakter antagonis, Bryce Dallas Howard sebagai Hilly Hollbrook sekali lagi sukses membuat kesal penonton dengan tingkahnya. Layak juga sih sebenarnya kalau ia dinominasikan penghargaan best supporting di actress di ajang apa pun. Tapi tidak mungkin dong satu penghargaan nominasinya semua dari film yang sama? Nanti dikira KKN lagi.

Saya juga ingin memberikan apresiasi khusus untuk tata artistiknya, terutama sekali costume dan set. Warna-warni mencolok khas 60’an berhasil dihidupkan dengan begitu indahnya. One of my favorite era in design style trend. So, tidak heran jika saya merasa sangat termanjakan secara visual sepanjang film.

Dari kekuatan cerita, karakter, dan teknisnya, tak heran jika The Help mampu berbicara banyak di berbagai penghargaan dan bukan tidak mungkin di ajang Academy Awards kelak berhasil menggondol penghargaan di banyak kategori. Kita lihat saja hasilnya bulan Februari nanti.
Lihat data film ini di IMDB.
Diberdayakan oleh Blogger.